Jumat, 23 September 2022

Prinsip & Konseptualisasi Komunikasi Antar Budaya

 Prinsip Komunikasi Antarbudaya Efektif

Proses komunikasi yang berlangsung antara orang-orang berbeda budaya tersebut biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang dikemukakan oleh Willian G. Scoot yang mengutip pendapat Babcot bahwa ada 5 (lima) faktor yang mempengaruhi proses komunikasi:

a.       The Act (Perbuatan), Perbuatan komunikasi menginginkan pemakaian lambang-lambang yang dapat dimengerti secara baik dan hubungan-hubungan yang dilakukan oleh manusia. Pada umumnya lambang-lambang tersebut dinyatakan dengan bahasa atau dalam keadaan tertentu tanda-tanda lain dapat pula dipergunakan.

b.       The Scene (Adegan), Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini menekankan hubungannya dengan lingkungan komunikasi. Adegan ini menjelaskan apa yang dilakukan, simbol apa yang digunakan, dan arti dari apa yang dikatakan. Dengan pengertian adegan ini merupakan apa yang dimaksudkan yakni sesuatu yang akan dikomunikasikan dengan melalui simbol apa, sesuatu itu dapat dikomunikasikan.

c.       The Agent (Pelaku), Individu-individu yang mengambil bagian dalam hubungan komunikasi dinamakan pelaku-pelaku komunikasi. Pengirim dan penerima yang terlibat dalam hubungan komunikasi ini adalah contoh dari pelaku-pelaku komunikasi tersebut. Dan peranannya seringkali saling menggantikan dalam situasi komunikasi yang berkembang.

d.       The Agency (Perantara), Alat-alat yang dibangun dalam komunikasi dapat membangun terwujudnya perantara itu (the agency). Alat-alat itu selain dapat berwujud komunikasi lisan, tatap muka, dapat juga alat komunikasi tertulis seperti surat perintah, memo, buletin, nota, surat tugas dan lainnya yang sejenis.

e.       The Purpose (Tujuan), Menurut Grace dalam buku Komunikasi Administrasi dan Beberapa Faktor Penyebab Kegagalannya karangan Miftah Thoha, ada 4 (empat) macam tujuan tersebut yaitu: Satu, Tujuan Fungsional (The Fungsional Goals) ialah tujuan yang secara pokok bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi atau lembaga. Dua, Tujuan Manipulasi (The Manipulative Goals); Tujuan ini dimaksudkan untuk menggerakkan orang-orang yang mau menerima ide-ide yang disampaikan baik sesuai ataupun tidak dengan nilai dan sikapnya sendiri. Ketiga, Tujuan ini bermaksud untuk menciptakan tujuan-tujuan yang bersifat kreatif. Komunikasi ini dipergunakan untuk memungkinkan seseorang mampu mengungkapkan perasaan tadi dalam kenyataan. Keempat, Tujuan Keyakinan (The Confidence Goals); Tujuan ini bermaksud untuk meyakinkan atau mengembangkan keyakinan orang-orang pada lingkungan.

Faktor-faktor tersebut di atas juga menjadi salah satu penentu sebuah proses komunikasi itu berjalan efektif. Berdasarkan hal itu pula, kita bisa menentukan strategi atau metode komunikasi yang digunakan dalam sebuah proses komunikasi. Komunikasi yang efektif dapat terwujud bila strategi dan metode komunikasi yang digunakan tepat. Strategi komunikasi yang efektfif sangat penting diperhatikan dalam sebuah proses komunikasi. Seperti yang disampaikan oleh Onong yang mengatakan bahwa: Di kalangan militer terdapat ungkapan yang amat terkenal yang berbunyi: “To win the war, not to win the battle” yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti: “memenangkan perang, bukan memenangkan pertempuran”. Pentingnya strategi adalah untuk memenangkan perang, sedangkan pentingnya taktik adalah untuk memenangkan pertempuran. Fokus perhatian ahli komunikasi ini memang penting ditujukan kepada strategi komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi.

Prinsip Mengontrol Aktivitas Komponen Komunikasi Antarbudaya

1.    Mengontrol: Pengirim dan Penerima (Komunikasi efektif & Latar belakang)

§  Pengirim & Penerima  

Kondisi Teknis: Pemahaman Bahasa (saling memahami Bahasa, saling Melihat & mendengarkan, bertindak seperti penerjemah, kecakapan menggunakan teknologi

§  Kondisi Kognitif: Interaksi pada tingkat intelektual yang sama (memahami perilaku intelektual, memahami & akrab dg topik bahasan)

§  Kondisi Interpretatif: Interpretasi yg sama pada kata-kata yang digunakan (arti & tafsir yg sama dari kata-kata verbal/nonverbal, perbedaan budaya harus dipahami)

§  Kondisi Afektif: Saling memahami arti emosional dari kata-kata yang digunakan (perasaan/emosi yg sama dari suatu Tindakan, siap berkomunikasi).

§  Latar Belakang Budaya Pengirim & Penerima, faktor utama yang menghambat KAB adalah Bahasa (persepsi). Lalu faktor kedua adalah HCC (High Context Culture) & LCC ( Low Context Culture). Budaya konteks tinggi, ditandai dengan penyajian pesan komunikasi tidak secara eksplisit, tidak fokus ke persoalan, terlalu banyak basa-basi. Singkatnya, tidak mengungkapkan secara terbuka apa yang menjadi masalah. Sebaliknya, budaya konteks rendah, cenderung menyajikan pesan secara eksplisit, bicara langsung, lugas dan berterus terang. Berbagai penelitian menunjukkan, berbagai kelompok budaya atau etnis di Indonesia, berdasarkan budaya komunikasinya, ada yang menganut high context dan banyak pula yang menganut low context.

2.    Mengontrol: Pesan (Verbal & Nonverbal)

A. Penekanan pada Pesan Verbal

§  Aturan Sintaksis: Mengatur urutankata dalam sebuah kalimat

§  Aturan Semantik: Mengatur makna & tafsir kata-kata.

§  Aturan Kontekstual: Mengatur makna & pilihan kata sesuai dengan konteks dan kebiasaan sosial.

Menurut Novinger (2001), Lippi-Green (1997) dan Devito (2005) menekankan daya guna pesan verbal lisan diantaranya:

1. Aksen

2. Irama

3. Konotasi

4. Konteks

5. Idiom > “Damn! I Like it”

6. Demi sopan santun

7. Diam

8. Gaya

B. Penekanan pada Pesan Non-Verbal

Perbedaan perilaku non-verbal dalam suatu budaya

– To Speak or Not Speak

– Speaking Culture

3.    Mengontrol: Media

Alat Media elektronik membawa persepsi kita tentang ruang dan waktu dengan sangat cepat,

memperlihatkan keragaman budaya yang ada di seluruh dunia bahkan

yang terisolir. Untuk membangun KAB kita perlu berinteraksi dengan orang-orang lain secara langsung sebelum saling mengenal melalui media sosial.

4.    Mengontrol: Hambatan (noise)

Hambatan dalam KAB adalah perbedaan budaya itu sendiri yang mempengaruhi perbedaan persepsi. Menurut (Barna, 1997) ada 6 hambatan di antaranya:

1. Kecemasan (Anxiety)

2. Asumsi tentang kesamaan budaya

3. Etnosentrisme

4. Bahasa

5. Stereotipe & Prasangka

6. Kesalahan interpretasi (nonverbal): Ruang fisik, Ekspresi Wajah, Postur, & Paralinguistik



Jumat, 16 September 2022

Hakikat & Objek Komunikasi Antar Budaya

 

1)      Definisi Komunikasi Antar Budaya dan Komunikasi Lintas Budaya

Selama masa perkembangan, komunikaasi antar budaya telah banyak para ahli yang mencoba untuk mendefinisikannya. Di bawah ini dikutipkan beberapa di antaranya:

a.        Intercultural communication... the art of understandding and being understood by the audience of another culture” (Komunikasi antar budaya adalah seni untuk memahami dan dipahami oleh khalayak yang memiliki kebudayaan lain) (Sitaram, 1970)

b.       ‘Communication is cultural when occuring between peoples of different culture”. (Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi di antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya). (Rich, 1974).

c.       “Intercultural communication.. communication which occurs under condition of cultural difference language, values, costums, and habits”. (Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan). (Stewart, 1974).

d.       Komunikasi antar budaya terjadi manakalah bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai. (Samovar dan Poter ,1972)

e.       Komunikasi antar budaya adalah pengiriman dan penerimaan pesan-pesan dalam konteks perbedaan kebudayaan yang menghasilkan efek-efek yang berbeda. (Carley H. Dood ,1982)

f.        Komunikasi antar budaya adalah suatu peristiwa yang merujuk dimana orang–orang yang terlibat di dalamnya baik secara langsung maupun tak tidak langsung memiliki latar belakang budaya yang berbeda. (Young Yun Kim ,1984) Seluruh defenisi diatas dengan jelas menerangkan bahwa ada penekanan pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya memang mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelakupelaku komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya tetap terhadap proses komunikasi individu individu atau kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba untuk melakukan interaksi.

Menurut Liliweri (2004:9) komunikasi antar budaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari budaya yang lain. Jadi komunikasi antar budaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol yang dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya. Komunikasi Antarbudaya melibatkan berbagai tingkat perbedaan keanggotaan kelompok budaya. Komunikasi Antarbudaya melibatkan penyandian simultan dan menerjemahkan pesan verbal dan nonverbal dalam proses pertukaran makna. Banyak komunikasi antar budaya melibatkan pertemuan makna yang berbeda atau ber-tolak belakang. Komunikasi Antarbudaya selalu terjadi dalam konteks. Komunikasi Antarbudaya selalu terjadi dalam sistem yang tertanam secara dalam.

Sebutan Komunikasi Lintas Budaya (cross culture) sering digunakan untuk menyebut makna Komunikasi Antar Budaya (interculture), tanpa dibatasi konteks geogafis, ras dan etnik. Karenanya, Komunikasi Lintas Budaya didefinisikan sebagai analisis perbandingan yang memprioritaskan relativitas kegiatan kebudayaan. Komunikasi Lintas Budaya umumnya lebih terfokus pada hubungan antar bangsa tanpa harus membentuk kultur baru sebagaimana yang terjadi dalam Komunikasi Antar Budaya (Purwasito, 2003) Menurut Fiber Luce (1991) hakikat komunikasi lintas budaya adalah studi komparatif yang bertujuan untuk membandingkan: (1) variable budaya tertentu, (2) konsekuensi atau akibat dari pengaruh kebudayaan, dari dua konteks kebudayaan atau lebih. Melalui kajian ini setiap orang akan memahami kebudayaannya sendiri dan mengakui bahwa ada isu kebudayaan yang dominan yang dimiliki orang lain dalam relasi antarbudaya. Artinya Komunikasi Antar Budaya dapat dilakukan kalau kita mengetahui kebudayaan kita dan kebudayaan orang lain.

 

2)      Perbandingan Komunikasi Lintas Budaya dan Komunikasi Antar Budaya

Persamaan:

·         Keduanya menjadikan kebudayaan sebagai varian besar dalam kajiannya

·         Keduanya memusatkan perhatian pada komunikasi antar pribadi

Perbedaan:

·           Komunikasi Antar Budaya menekankan interaksi antar pribadi yang berbeda latar belakang kebudayaan

·           Komunikasi Antar Budaya mempelajari komunikasi dan hubungan internasional juga

·           Komunikasi Lintas Budaya menekankan perbandingan

·           Komunikasi Lintas Budaya mempelajari efek media (perbandingan efek media dengan efek media yang lain)

 

3)      Hakikat Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi Lintas Budaya terjadi ketika orang-orang dari budaya berbeda telah mencapai tingkat pemahaman tertentu tentang perbedaan mereka.  Komunikasi Lintas Budaya adalah komunikasi yang melibatkan perbandingan interaksi antara orang-orang dari budaya yang sama / budaya lain (Persepsi, Sikap dan Orientasi antarbudaya). KAB & KLB merupakan alat yang digunakan untuk memahami bagaimana orang dari budaya lain saling berkomunikasi, mengerti dan memiliki persepsi yang sama (mutual understanding).

Menurut Devito, ada dua hakikat komunikasi antarbudaya, yaitu:

1.       Enkulturasi: Mengacu pada proses dengan mana kultur ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bagaimana mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orangtua, kelompok teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama di bidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.

2.       Akulturasi: Mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Menurut Kim, penerimaan kultur baru bergantung pada sejumlah faktor. Imigran yang datang dari kultur yang mirip dengan kultur tuan rumah akan terakulturasi lebih mudah. Demikian pula, mereka yang lebih muda dan lebih terdidik lebih cepat terakulturasi daripada mereka yang lebih tua dan kurang berpendidikan.

Percampuran kebudayaan dapat dilihat dari: (1) Perbedaan Bentuk Ekspresi (2) Orientasi untuk mencapai tujuan (3) Perilaku & Gestur (4) Interpretasi terhadap Percakapan (5) Interpretasi terhadap Diam (6) Interpretasi terhadap Tertawa (7) Interpretasi terhadap Kata – Kata (8) Interpretasi terhadap konsep “makan” (9) Interpretasi waktu memenuhi undangan.

 

4)      Dasar Pemikiran

1.       Perubahan teknologi, sosial, budaya, sistem ekonomi, politik, populasi penduduk mengakibatkan perkembangan interaksi antar manusia yang berbeda budaya.

2.       Pengaruh budaya terhadap komunikasi sangat dekat dan besar. Latar belakang budaya dan pengalaman membantu kita bagaimana dunia ini seharusnya dan bagaimana kita berinteraksi dengan dunia itu.

5)      Model Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya. Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang. Konsekuensinya, perbendaharaan-perbendaharaan yang dimiliki dua orang yang berbeda budaya akan pula berbeda, yang dapat menimbulkan segala macam kesulitan. Komunikasi antarbudaya terjadi dalam banyak ragam situasi yang berkisar dari interaksi-interaksi antara orang-orang yang berbeda budaya secara ekstrem hingga interaksi-interaksi antara orang-orang yang mempunyai budaya dominan yang sama tetapi mempunyai subkultur atau subkelompok yang berbeda. Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari kultur yang berbeda antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai, atau cara berperilaku kultural yang berbeda.

 

 



Lingkaran yang lebih besar menggambarkan kultur dari komunikator. Lingkaran yang lebih kecil menggambarkan komunikatornya (sumber dan penerima). Dalam model ini masingmasing komunikator adalah anggota dari kultur yang berbeda. Semua pesan dikirimkan dari konteks kultural yang unik dan spesifik, dan konteks itu mempengaruhi isi dan bentuk pesan. Bagaimana cara berkomunikasi seperti yang dilakukan sekarang adalah sebagian besar sebagai akibat adanya kultur. Kultur mempengaruhi setiap aspek dari pengalaman komunikasi. Komunikan menerima pesan melalui penyaring (filter) yang ditimbulkan oleh konteks kultural. Konteks ini mempengaruhi apa yang diterima dan bagaimana menerimanya.

 

6)      Kebudayaan

Kata “Budaya” berasal dari Bahasa Sansekerta “Buddhayah”, yakni bentuk jamak dari “Budhi” (akal). Jadi, budaya adalah segala hal yang bersangkutan dengan akal. Selain itu kata budaya juga berarti “budi dan daya” atau daya dari budi. Jadi budaya adalah segala daya dari budi, yakni cipta, rasa dan karsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya artinya pikiran, akal budi, hasil, adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sekumpulan anggota masyarakat. Merumuskan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

7)      Makna & Karakteristik Kebudayaan

Ø  Kebudayaan “Sebagian dari lingkungan yang dibangun oleh manusia termasuk sikap & nilai-nilai serta representasi objek material.”

Ø  Kebudayaan lebih banyak dipelajari daripada bawaan Kebudayaan dipertukarkan kelompok daripada diciptakan individu.

Ø  Kebudayaan memiliki banyak wajah yang mempengaruhi bahasa, relasi, teknologi, politik dan hukum.

Ø  Kebudayaan bersifat dinamis. Berubah merespon perkembangan zaman.

Ø  Identitas budaya itu tumpang-tindih (suku, wilayah, kelas sosial, agama, umur, gender, dll)

8)      Tujuan Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antarbudaya sangat penting karena juga memiliki tujuan antara lain yang pertama membangun saling percaya dan saling menghormati sebagai bangsa berbudaya dalam upaya memperkokoh hidup berdampingan secara damai dengan jalan mempersempit misunderstanding dengan cara mencairkan prasangka-prasangka rasial, etnik, primordial dari satu bangsa atas bangsa lain. Litvin (dalam Purwasito, 2003:47) mengatakan bahwa dengan adanya komunikasi multikultural akan mempengaruhi secara langsung baik pengaruh yang bersifat kognitif maupun yang bersifat afektif yaitu:

1.       Memberi kepekaan terhadap diri seseorang tentang budaya asing sehingga dapat merangsang pemahaman yang lebih baik tentang budaya sendiri dan mengerti bias-biasnya.

2.       Memperoleh kemampuan untuk benar-benar terlibat dalam tindak komunikasi dengan orang lain yang berbeda-beda latar belakang budayanya sehingga tercipta interaksi yang harmonis dan langgeng.

3.       Memperluas cakrawala budaya asing atau budaya orang lain, sehingga lebih menumbuhkan empati dan pengalaman seseorang, yang mampu menumbuhkan dan memelihara wacana dan makna kebersamaan.

4.       Membantu penyadaran diri bahwa sistem nilai dan budaya yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dapat dibandingkan dan dipahami. Kedua kritis terhadap cultural domination dan cultural homogenization, menerima perbedaan budaya sebagai sebuah berkah bukan bencana (Purwasito, 2003:44).

9)      Objek Studi Komunikasi Antar Budaya

Budaya suatu suku/bangsa, etnik, ras, dan kelas sosial memengaruhi asumsi kita terhadap sesuatu termasuk asumsi terhadap KAB.

§  Perbedaan budaya menghasilkan perbedaan komunikasi antar individu maupun budaya yang berbeda.

§  Asumsi > Anggapan/Dugaan yang diterima sebagai dasar.

§   Landasan Berpikir karena dianggap benar.

§  Asumsi tentang budaya AS: Individualism; Equality; Informality; Achievement, action, work & materialism; Directness & assertiveness; Time.

7 Asumsi Teoritis Interaksi Simbolik:

1)  Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang ia miliki tentang orang tersebut.

2)    Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia.

3)    Makna dimodifikasi melalui proses interpretasi.

4)    Individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain.

5)    Konsep diri penting karena memberikan motif bagi perilaku.

6)  Individu dan kelompok dipengaruhi oleh sosial budaya. Norma sosial membatasi perilaku individu & konsep diri.

7)    Struktur sosial bekerja melalui interaksi sosial. Individu dapat mengubah situasi sosial.

MODEL MODEL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA MENURUT HAMMER, THOMAS & KILMAN, TING TOOMEY

  Komunikasi Antar Budaya Menurut Hammer Perintis yang penting kepada kompetensi budaya ialah sensitiviti antara Budaya   Menurut Hammer, se...