1)
Definisi Komunikasi Antar Budaya dan
Komunikasi Lintas Budaya
Selama
masa perkembangan, komunikaasi antar budaya telah banyak para ahli yang mencoba
untuk mendefinisikannya. Di bawah ini dikutipkan beberapa di antaranya:
a.
Intercultural communication... the art of
understandding and being understood by the audience of another culture”
(Komunikasi antar budaya adalah seni untuk memahami dan dipahami oleh khalayak
yang memiliki kebudayaan lain) (Sitaram, 1970)
b.
‘Communication is cultural when occuring between
peoples of different culture”. (Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi di
antara orang-orang yang berbeda kebudayaannya). (Rich, 1974).
c.
“Intercultural communication.. communication
which occurs under condition of cultural difference language, values, costums,
and habits”. (Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu
kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai,
adat, kebiasaan). (Stewart, 1974).
d.
Komunikasi antar budaya terjadi manakalah bagian
yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang
budaya pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai yang dianut oleh
kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai. (Samovar dan Poter
,1972)
e.
Komunikasi antar budaya adalah pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan dalam konteks perbedaan kebudayaan yang menghasilkan
efek-efek yang berbeda. (Carley H. Dood ,1982)
f.
Komunikasi antar budaya adalah suatu peristiwa
yang merujuk dimana orang–orang yang terlibat di dalamnya baik secara langsung
maupun tak tidak langsung memiliki latar belakang budaya yang berbeda. (Young
Yun Kim ,1984) Seluruh defenisi diatas dengan jelas menerangkan bahwa ada
penekanan pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam
berlangsungnya proses komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya memang
mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan perbedaan dalam
karakteristik kebudayaan antar pelakupelaku komunikasi, tetapi titik perhatian
utamanya tetap terhadap proses komunikasi individu individu atau kelompok-kelompok
yang berbeda kebudayaan dan mencoba untuk melakukan interaksi.
Menurut Liliweri (2004:9)
komunikasi antar budaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu budaya
dan penerima pesannya adalah anggota dari budaya yang lain. Jadi komunikasi
antar budaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol yang dilakukan dua
orang yang berbeda latar belakang budayanya. Komunikasi Antarbudaya melibatkan
berbagai tingkat perbedaan keanggotaan kelompok budaya. Komunikasi Antarbudaya
melibatkan penyandian simultan dan menerjemahkan pesan verbal dan nonverbal
dalam proses pertukaran makna. Banyak komunikasi antar budaya melibatkan
pertemuan makna yang berbeda atau ber-tolak belakang. Komunikasi Antarbudaya
selalu terjadi dalam konteks. Komunikasi Antarbudaya selalu terjadi dalam
sistem yang tertanam secara dalam.
Sebutan Komunikasi Lintas Budaya
(cross culture) sering digunakan untuk menyebut makna Komunikasi Antar Budaya
(interculture), tanpa dibatasi konteks geogafis, ras dan etnik. Karenanya,
Komunikasi Lintas Budaya didefinisikan sebagai analisis perbandingan yang memprioritaskan
relativitas kegiatan kebudayaan. Komunikasi Lintas Budaya umumnya lebih
terfokus pada hubungan antar bangsa tanpa harus membentuk kultur baru
sebagaimana yang terjadi dalam Komunikasi Antar Budaya (Purwasito, 2003)
Menurut Fiber Luce (1991) hakikat komunikasi lintas budaya adalah studi
komparatif yang bertujuan untuk membandingkan: (1) variable budaya tertentu,
(2) konsekuensi atau akibat dari pengaruh kebudayaan, dari dua konteks
kebudayaan atau lebih. Melalui kajian ini setiap orang akan memahami
kebudayaannya sendiri dan mengakui bahwa ada isu kebudayaan yang dominan yang
dimiliki orang lain dalam relasi antarbudaya. Artinya Komunikasi Antar Budaya
dapat dilakukan kalau kita mengetahui kebudayaan kita dan kebudayaan orang
lain.
2) Perbandingan
Komunikasi Lintas Budaya dan Komunikasi Antar Budaya
Persamaan:
·
Keduanya menjadikan kebudayaan sebagai varian
besar dalam kajiannya
·
Keduanya memusatkan perhatian pada komunikasi
antar pribadi
Perbedaan:
·
Komunikasi Antar Budaya menekankan interaksi
antar pribadi yang berbeda latar belakang kebudayaan
·
Komunikasi Antar Budaya mempelajari komunikasi
dan hubungan internasional juga
·
Komunikasi Lintas Budaya menekankan perbandingan
·
Komunikasi Lintas Budaya mempelajari efek media
(perbandingan efek media dengan efek media yang lain)
3)
Hakikat Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi Lintas Budaya terjadi ketika orang-orang dari budaya berbeda
telah mencapai tingkat pemahaman tertentu tentang perbedaan mereka. Komunikasi Lintas Budaya adalah komunikasi
yang melibatkan perbandingan interaksi antara orang-orang dari budaya yang sama
/ budaya lain (Persepsi, Sikap dan Orientasi antarbudaya). KAB & KLB
merupakan alat yang digunakan untuk memahami bagaimana orang dari budaya lain
saling berkomunikasi, mengerti dan memiliki persepsi yang sama (mutual
understanding).
Menurut Devito, ada dua hakikat komunikasi antarbudaya, yaitu:
1.
Enkulturasi: Mengacu pada proses dengan mana
kultur ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bagaimana
mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses
belajar, bukan melalui gen. Orangtua, kelompok teman, sekolah, lembaga
keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama di bidang kultur.
Enkulturasi terjadi melalui mereka.
2.
Akulturasi: Mengacu pada proses dimana kultur
seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur
lain. Menurut Kim, penerimaan kultur baru bergantung pada sejumlah faktor.
Imigran yang datang dari kultur yang mirip dengan kultur tuan rumah akan
terakulturasi lebih mudah. Demikian pula, mereka yang lebih muda dan lebih
terdidik lebih cepat terakulturasi daripada mereka yang lebih tua dan kurang
berpendidikan.
Percampuran kebudayaan dapat
dilihat dari: (1) Perbedaan Bentuk Ekspresi (2) Orientasi untuk mencapai tujuan
(3) Perilaku & Gestur (4) Interpretasi terhadap Percakapan (5) Interpretasi
terhadap Diam (6) Interpretasi terhadap Tertawa (7) Interpretasi terhadap Kata –
Kata (8) Interpretasi terhadap konsep “makan” (9) Interpretasi waktu memenuhi
undangan.
4) Dasar
Pemikiran
1.
Perubahan teknologi, sosial, budaya, sistem ekonomi,
politik, populasi penduduk mengakibatkan perkembangan interaksi antar manusia
yang berbeda budaya.
2.
Pengaruh budaya terhadap komunikasi sangat dekat
dan besar. Latar belakang budaya dan pengalaman membantu kita bagaimana dunia
ini seharusnya dan bagaimana kita berinteraksi dengan dunia itu.
5)
Model Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah
anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya lainnya.
Budaya bertanggung jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan
makna yang dimiliki setiap orang. Konsekuensinya, perbendaharaan-perbendaharaan
yang dimiliki dua orang yang berbeda budaya akan pula berbeda, yang dapat
menimbulkan segala macam kesulitan. Komunikasi antarbudaya terjadi dalam banyak
ragam situasi yang berkisar dari interaksi-interaksi antara orang-orang yang
berbeda budaya secara ekstrem hingga interaksi-interaksi antara orang-orang
yang mempunyai budaya dominan yang sama tetapi mempunyai subkultur atau
subkelompok yang berbeda. Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara
orang-orang dari kultur yang berbeda antara orang-orang yang memiliki
kepercayaan, nilai, atau cara berperilaku kultural yang berbeda.
Lingkaran yang lebih besar menggambarkan kultur dari
komunikator. Lingkaran yang lebih kecil menggambarkan komunikatornya (sumber
dan penerima). Dalam model ini masingmasing komunikator adalah anggota dari
kultur yang berbeda. Semua pesan dikirimkan dari konteks kultural yang unik dan
spesifik, dan konteks itu mempengaruhi isi dan bentuk pesan. Bagaimana cara
berkomunikasi seperti yang dilakukan sekarang adalah sebagian besar sebagai
akibat adanya kultur. Kultur mempengaruhi setiap aspek dari pengalaman
komunikasi. Komunikan menerima pesan melalui penyaring (filter) yang
ditimbulkan oleh konteks kultural. Konteks ini mempengaruhi apa yang diterima
dan bagaimana menerimanya.
6)
Kebudayaan
Kata “Budaya” berasal dari Bahasa Sansekerta “Buddhayah”,
yakni bentuk jamak dari “Budhi” (akal). Jadi, budaya adalah segala hal yang
bersangkutan dengan akal. Selain itu kata budaya juga berarti “budi dan daya” atau
daya dari budi. Jadi budaya adalah segala daya dari budi, yakni cipta, rasa dan
karsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya artinya pikiran, akal budi,
hasil, adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar
diubah. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Kebudayaan
adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh sekumpulan anggota masyarakat.
Merumuskan sebagai semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan
jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam
sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan
masyarakat.
7) Makna
& Karakteristik Kebudayaan
Ø
Kebudayaan “Sebagian dari lingkungan yang
dibangun oleh manusia termasuk sikap & nilai-nilai serta representasi objek
material.”
Ø
Kebudayaan lebih banyak dipelajari daripada
bawaan Kebudayaan dipertukarkan kelompok daripada diciptakan individu.
Ø
Kebudayaan memiliki banyak wajah yang mempengaruhi
bahasa, relasi, teknologi, politik dan hukum.
Ø
Kebudayaan bersifat dinamis. Berubah merespon perkembangan
zaman.
Ø
Identitas budaya itu tumpang-tindih (suku,
wilayah, kelas sosial, agama, umur, gender, dll)
8) Tujuan
Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi
antarbudaya sangat penting karena juga memiliki tujuan antara lain yang pertama
membangun saling percaya dan saling menghormati sebagai bangsa berbudaya dalam
upaya memperkokoh hidup berdampingan secara damai dengan jalan mempersempit
misunderstanding dengan cara mencairkan prasangka-prasangka rasial, etnik,
primordial dari satu bangsa atas bangsa lain. Litvin (dalam Purwasito, 2003:47)
mengatakan bahwa dengan adanya komunikasi multikultural akan mempengaruhi
secara langsung baik pengaruh yang bersifat kognitif maupun yang bersifat
afektif yaitu:
1.
Memberi kepekaan terhadap diri seseorang tentang
budaya asing sehingga dapat merangsang pemahaman yang lebih baik tentang budaya
sendiri dan mengerti bias-biasnya.
2.
Memperoleh kemampuan untuk benar-benar terlibat
dalam tindak komunikasi dengan orang lain yang berbeda-beda latar belakang
budayanya sehingga tercipta interaksi yang harmonis dan langgeng.
3.
Memperluas cakrawala budaya asing atau budaya
orang lain, sehingga lebih menumbuhkan empati dan pengalaman seseorang, yang
mampu menumbuhkan dan memelihara wacana dan makna kebersamaan.
4.
Membantu penyadaran diri bahwa sistem nilai dan
budaya yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dapat dibandingkan dan
dipahami. Kedua kritis terhadap cultural domination dan cultural
homogenization, menerima perbedaan budaya sebagai sebuah berkah bukan bencana
(Purwasito, 2003:44).
9) Objek
Studi Komunikasi Antar Budaya
Budaya suatu
suku/bangsa, etnik, ras, dan kelas sosial memengaruhi asumsi kita terhadap
sesuatu termasuk asumsi terhadap KAB.
§
Perbedaan budaya menghasilkan perbedaan
komunikasi antar individu maupun budaya yang berbeda.
§
Asumsi > Anggapan/Dugaan yang diterima
sebagai dasar.
§
Landasan
Berpikir karena dianggap benar.
§
Asumsi tentang budaya AS: Individualism;
Equality; Informality; Achievement,
action, work & materialism; Directness & assertiveness; Time.
7 Asumsi
Teoritis Interaksi Simbolik:
1) Manusia bertindak terhadap orang lain
berdasarkan makna yang ia miliki tentang orang tersebut.
2)
Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia.
3)
Makna dimodifikasi melalui proses interpretasi.
4)
Individu mengembangkan konsep diri melalui
interaksi dengan orang lain.
5)
Konsep diri penting karena memberikan motif bagi
perilaku.
6) Individu dan kelompok dipengaruhi oleh sosial
budaya. Norma sosial membatasi perilaku individu & konsep diri.
7)
Struktur sosial bekerja melalui interaksi
sosial. Individu dapat mengubah situasi sosial.