Senin, 28 Maret 2022

Ontologi Komunikasi


Secara etimologi, “ontologi” berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni ontos dan logos. Ontos berarti “ada” dan logos berarti “ilmu” sehingga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang yang ada. Sedangakan secara terminologi, ontologi adalah ilmu tentang hakekat yang ada sebagai yang ada (being qua being). Dalam konteks keilmuan, yang ada diartikan sebagai apa yang ada dibalik ilmu atau seluk beluk ilmu. Jadi selanjutnya ontologi itu adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ilmu. Ilmu secara etimologi berasal dari kata “ilm” dalam bahasa Arab yang mempunyai arti memahami, mengerti, atau mengetahui. Secara terminologi berarti seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi dari pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal tertentu. Kesimpulannya, ilmu pengetahuan adalah keberadaan suatu fenomena kehidupan/alam yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, dan ontologi menyelidiki apa yang ada dibalik pengetahuan sebelum menuju ke tahap epistemologi lalu menjadi ilmu pengetahuan. Ontologi adalah cabang dari filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas adalah kenyataan, dimana kenyataan tersebut merupakan sesuatu kebenaran. Berkaitan dengan ontologi maka perkara realitas ini memunculkan beberapa pandangan yang berkaitan dengan unsur-unsur yang ada ditinjau dari segi kuantitas (jumlah), kualitas (sifat), dan proses/kejadian/perubahan.

Segi Kuantitas:

a.      Monisme: menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan fundamental. Dapat berupa jiwa, materi, Tuhan atau substansi (watak yang sebenarnya dari sesuatu, isi, pokok, inti). Dipakai dalam filsafat untuk menunjukkan suatu realitas yang dalam dan mengandung sifat-sifat lainnya yang tidak dapat diketahui.

b.  Dualisme: menganggap adanya dua substansi yang masing-masing berdiri sendiri, dari dua macam hakekat sebagai asal sumbernya: hakekat materi dan ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari benda, sama-sama hakikat, kedua macam hakekat tersebut masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi, hubungan keduanya menciptakan kehidupan di alam ini.

c.  Pluralisme: menyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri dari atas unsur-unsur yang tidak terhitung banyaknya, sebanyak jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga yang dinamakan nous. Bahwa nous adalah suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai bergerak dan mengatur.

d.     Nihilisme: berpandangan tentang tiga proporsi realitas: 1. Tidak ada sesuatu pun yang eksis. Realitas itu sebenamya tidak ada, 2. Bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui, ini disebabkan oleh pengindraan itu tidak dapat dipercaya, pengindraan itu sumber ilusi, 3. Sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.

Ontologi adalah cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat keberadaan. Hubungan antara epistemologi dan ontologi adalah, pemahaman terhadap pengetahuan bergantung kepada pemahaman mengenai siapa yang mengetahui pengetahuan.

Dalam ilmu komunikasi, ontologi berfokus kepada sifat interaksi sosial manusia. Terdapat empat isu penting dalam asumsi ini:

Sejauh mana manusia dapat membuat pilihan nyata?

Terdapat debat dalam filsafat mengenai pilihan nyata. Pihak determinists berpendapat bahwa perilaku disebabkan oleh beberapa kondisi yang sudah ada sebelumnya yang menentukan perilaku manusia. Individu bersifat reaktif dan pasif. Di lain pihak, pihak pragmatists menyatakan bahwa seseorang merencanakan perilakunya untuk dapat bertemu dengan tujuan di masa depan. Dari sudut pandang ini, individu dilihat sebagai makhluk aktif dan dapat membuat keputusan yang menentukan kehidupannya sendiri. Juga terdapat posisi tengah, berpendapat bahwa orang membuat pilihan dalam hal tertentu, dan beberapa perilaku sudah ditentukan tetapi ada juga yang merupakan hasil dari keinginan bebas.

Apakah perilaku manusia paling baik dipahami dari segi keadaan atau sifat?

Pandangan segi keadaan melihat bahwa manusia adalah dinamis dan mengalami berbagai bentuk keadaan dalam waktu harian, tahunan, dan selama ia hidup. Pandangan sifat percaya bahwa orang adalah pihak yang dapat diprediksi karena mereka menampilkan karakteristik yang konsisten sepanjang waktu.

Apakah perilaku manusia utamanya individual atau sosial?

Pertanyaan ini berkaitan dengan peran individu atau kelompok sosial untuk memengaruhi perilaku manusia. Peneliti dapat menggunakan unit analisis individu atau kelompok ketika meneliti, namun perspektif yang digunakan tentu berbeda. Peneliti dengan perspektif individualis akan menggunakan unit analisis individu, dan peneliti dengan perspektif kehidupan sosial akan menggunakan unit analisis kelompok. Pertanyaan ini penting bagi peneliti ilmu komunikasi yang berfokus kepada interaksi dalam kehidupan.

Sejauh mana komunikasi adalah hal yang kontekstual?

Fokus dari pertanyaan ini adalah kepada pengaruh perilaku; apakah dari prinsip universal atau tergantung kepada faktor situasional. Terdapat filosofer yang percaya bahwa faktor universal dapat menjelaskan kehidupan dan perilaku manusia, namun terdapat juga filosofer lain yang berpendapat bahwa perilaku manusia adalah kontekstual dan tidak bisa digeneralisasi. Peneliti ilmu komunikasi biasanya mengambil jalan tengah; perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor umum sekaligus situasional.

Metafisika dan ontologi sama-sama mengkaji obyek yang ada atau studi tentang keberadaan. Perbedaan diantara keduanya yaitu pada aspek tempat atau letak obyek yang dikaji. Metafisika mencari penjelasan dari obyek yang ada yang tidak tampak oleh indera atau mempelajari realitas yang ada dibalik suatu obyek, misal, jiwa, rohani, Tuhan, dan sebagainya. Ontologi merupakan salah satu cabang dari metafisika yang mempelajari hakekat obyek yang ada sebagai ada atau mempelajari realitas yang konkret, fisikal, ter-indera. Cabang lain dari metafisika salah satunya kosmologi. Richard L. Lanigan menyatakan bahwa metafisika adalah studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realitas. Dalam metafisika, ada beberapa hal yang direfleksikan. Hal-hal itu adalah sifat manusia dan hubungannya dengan alam, sifat dan fakta kehidupan manusia, problema pilihan manusia, dan soal kebebasan pilihan tindakan manusia. Dalam hubungannya dengan teori komunikasi, metafisika berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

·       Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan realitas dalam alam semesta.

·       Sifat dan fakta bagi tujuan, perlaku, penyebab, dan aturan.

·       Problema pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku manusia.

Dalam filsafat komunikasi yang dipelajari tentu berkaitan dengan komunikasi, antara lain, bahasa, umpan balik, dan efek, sesuai dengan sudut pandang ontologi. Ontologi sebagian besar berhubungan dengan alam eksistensi manusia. Isu-isu ontologi dianggap penting karena bagaimana cara seorang penyusun teori mengonsptualisasikan komunikasi bergantung pada bagaimana komunikator dipandang. Studi dalam ontologi tentu didasari oleh kebenaran. Pertanggung jawaban atas kebenaran ini juga berada pada ilmu-ilmu yang lain. Dalam ilmu komunikasi kebenaran ini berada pada ide atau lambang yang merupakan esensi dari penelitian ilmu komunikasi. Walaupun ide atau lambang sifatnya non-materi, namun efek dan pengaruhnya dalam masyarakat juga diteliti. Dapat dikatakan bahwa penelitian ilmu komunikasi berpangkal pada ide atau lambang yang akan membawa persoalannya: pada fungsi dari ide, fungsi diri lambang, dan selanjutnya ilmu komunikasi memperhitungkan efek, pengaruh dan akibat dari lambang, atau ide tersebut dalam masyarakat.

Menurut Ninis Agustini Damayani (2013: 4), ada tiga pemahaman yang tujuannya diharapkan mampu menjelaskan hakekat komunikasi bagi kehidupan manusia:

1.      1. Manusia sebagai pelaku komunikasi Komunikasi antar manusia dengan manusia tidaklah semudah yang dibayangkan, tidak selalu setiap pesan yang disampaikan dapat diterima sesuai dengan keinginan peyampai pesan.

2.      2. Kegunaan komunikasi bagi kehidupan manusia Komunikasi merupakan cara untuk berinteraksi, menjalin hubungan, dan kerja sama, serta cara untuk berbagi dan bertukar ide, gagasan, dan pikiran.

3.          3. Komunikasi untuk aktualisasi diri proses aktualisasi adalah perkembangan atau penemuan jati diri dan mekarnya postensi yang ada atau terpendam, dengan kata lain adalah menjadi manusiawi secara penuh. Namun demikian, tidak setiap orang berbakat, produktif, dan sukses memenuhi kriteria sehat secara psikologis, matang, dan pribadi yang teraktualisasikan.

 


Senin, 21 Maret 2022

PEMIKIRAN FILSAFAT YUNANI, BARAT, DAN ISLAM

Berbicara ihwal kelahiran serta perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tak dapat dipisahkan menggunakan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang keluarnya di masa peradaban kuno (masa yunani). Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan menjadi pangkal sejarah filsafat barat, sebab global barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada pemberitahuan ihwal terjadinya alam semesta dan seisinya, tapi pemberitahuan ini sesuai kepercayaan. Pakar-ahli pikir tidak puas akan pemberitahuan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya.

1.      Pemikiran Filsafat Yunani

Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos (dongeng-dongeng). Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang isteri alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir, ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia. Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Di dalam sejarah filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga pernah kalah, pernah juga kedua-duanya sama sama-sama menang. Diantara keduanya, dalam sejarah, telah terjadi pergumulan berebut dominasi dalam mengendalikan kehidupan manusia. Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal logis yang bertempat di kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di dalam dada. Akal itulah yang menghasilkan pengetahuan logis yang disebut filsafat, sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan mistik, iman termasuk disini. Ciri umum filsafat yunani adalah rasionalisme yang dimana mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Apakah intisarinya? Mungkin yang beraneka warna ynag ada dalam alam ini dapat dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti alam, dengan istilah mereka: mereka mencari arche alam (arche dalam bahasa yunani yang berarti mula, asal).

Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:

1.    Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap sebagai awal dari uapaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus dan lain-lain.

2.    Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai edukatif.

3.    Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasrkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.

Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir. Periode yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati sekitarnya. Mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.  Para pemikir filsafat yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil. Mereka kagum terhadap alam yang oleh nuansa dan ritual dan berusaha mencari jawaban tas apa ynag ada di belakang semua materi itu.

Tokoh-tokoh pada masa Yunani Kuno antara lain, yaitu:

1)      Thales (625-545 SM)

Nama Thales muncul atas penuturan sejarawanHerodatus pada abad ke-5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang yang bijaksana (Seven Wise Men of Greece). Aristoteles memberikan gelar The Father of Filoshopy.juga menjadi penasihat teknis ke-21 kota lonia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM. Thales berpendapat bahwa dasar pertama atau intisari alam ialah air.

2)      Anaxagoras (±499-20 SM)

Anaximandros adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam

kesusastraan Yunani dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi, sehingga ia sebagai orang pertama yang membuat peta bumi. Ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di Apollonia, Yunani. Anaximandros mengatakan bahwa dasar pertama itu ialah zat yang tak tertentu sifat-sifatnya, yang dinami to apeiron. Adapun anaximenes (590-528) mengatakan bahwa intisari alam atau dasarnya pertama adalah udara. Karena udaralah ynag meliputi seluruh alam serta udara pulalah yang menjadikan dasar hidup bagi manusia yang mat diperlukan oleh nafasnya.

3)      Pythagoras (± 572-497 SM)

Pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan dan segala gejala alam merupakan pengungkapan inderawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan merupakan intisari dasar poko dari sifat-sifat benda (Number rules the universe = bilangan memerintah jagat raya). Pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri.

4)      Xenophanes (570 -? SM)

Pendapatnya yang termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus, ia membantah adanya antromorfosisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan digambarkan sebagai (seakan-akan) manusia. Karena manusia selalu memilki kecendrungan berfikir dan lain-lainnya. Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. Ia juga menolak anggapan bahwa Tuhan mempunyai jumlah yang banyak dan menekankan atas ke-Esaan Tuhan. Kritik ini ditujukan kepada anggapan-anggapan lama yang berdasarkan pada mitologi.

5)      Heraclitos (535 – 475 SM)

Ia mengemukakan bahwa segala sesuatu (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Sehingga ucapannya yang terkenal: Panta rhei kai uden menci yang artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tudak satu orangpun yang dapat masuk ke sungai dua kali. Alasannya, karena air sungai yang pertama telah mengalir, berganti dengan air yan berada di belakangnya. Demikian juga dengan segala yang ada, tidak ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya dikatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi. Menurut Heraclitos alam semesta ini sealu dalm keadaan berubah, sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin.

 

2.      Pemikiran Filsafat Barat

Filsafat Barat adalah tradisi filosofis dunia Barat dan berasal dari pemikir Pra-Sokrates yang aktif di Yunani kuno pada abad ke 6 SM. seperti Thales (sekitar 624-546 SM) dan Pythagoras (sekitar 570-495 SM) yang mempraktikkan "cinta kebijaksanaan" (philosophia) dan juga disebut physiologoi (murid physis, atau alam). Socrates adalah seorang filsuf yang sangat berpengaruh, yang bersikeras bahwa dia tidak memiliki kebijaksanaan tapi merupakan pengejar kebijaksanaan. Filsafat Barat dapat dibagi menjadi tiga era: Kuno (Yunani-Romawi), filsafat Abad Pertengahan (Eropa Kristen), dan filsafat modern. Era kuno didominasi oleh ajaran filsafat Yunani yang muncul dari beberapa murid Socrates, seperti Plato yang mendirikan Akademi Platonis. Plato merupakan salah satu pemikir Yunani yang paling berpengaruh dalam keseluruhan pemikiran Barat. Murid Plato, Aristoteles juga sangat berpengaruh, ia mendirikan Sekolah Peripatetik. Tradisi lain termasuk Sinisisme, Stoikisme, Skeptisisme Yunani dan Epikureanisme. Topik-topik penting yang dibahas oleh orang-orang Yunani termasuk metafisika (dengan teori-teori yang kompeten seperti atomisme dan monisme), kosmologi, sifat kehidupan yang baik (eudaimonia), kemungkinan pengetahuan dan sifat akal budi (logo). Dengan bangkitnya kerajaan Romawi, filsafat Yunani juga semakin banyak dibahas dalam bahasa Latin oleh para filsuf Roma seperti Cicero dan Seneca.

Filsafat Abad Pertengahan (abad ke 5 - 16) adalah periode setelah jatuhnya kekaisaran Romawi barat dan didominasi oleh bangkitnya kekristenan dan karenanya mencerminkan keprihatinan teologis Yudeo-Christian dan juga mempertahankan kontinuitas dengan pemikiran Yunani-Romawi. Masalah seperti keberadaan dan sifat Tuhan, sifat iman dan akal, metafisika, masalah kejahatan dibahas dalam periode ini. Beberapa pemikir utama Abad Pertengahan mencakup St. Agustinus, Thomas Aquinas, Boethius, Anselm dan Roger Bacon. Filsafat bagi para pemikir ini dipandang sebagai penyokong untuk Teologi (ancilla theologiae) dan karena itu mereka berusaha menyelaraskan filsafat mereka dengan interpretasi mereka terhadap kitab suci. Periode ini mencetuskan perkembangan Skolastikisme, sebuah metode kritikal teks yang dikembangkan di universitas abad pertengahan berdasarkan pembacaan dan perdebatan yang dekat pada teks-teks kunci. Periode Renaisans (1355-1650) lebih melihat peningkatan fokus pada pemikiran klasik Yunani-Romawi dan pengaruh humanisme yang kuat. Filsafat modern awal di dunia Barat dimulai dengan pemikir seperti Thomas Hobbes dan René Descartes (1596-1650).[33] Setelah perkembangan ilmu alam, filsafat modern lebih terfokus mengembangkan landasan pengetahuan sekuler dan rasional, beralih dari struktur otoritas tradisional seperti agama, pemikiran skolastik dan Gereja. Filsuf modern utama meliputi Spinoza, Leibniz, Locke, Berkeley, Hume, dan Kant. [34][35][36] Filsafat abad ke-19 dipengaruhi oleh gerakan yang lebih luas yang disebut the Enlightenment, dan termasuk tokoh-tokoh seperti Hegel tokoh kunci dalam idealisme Jerman, Kierkegaard yang mengembangkan fondasi untuk eksistensialisme, Nietzsche seorang anti-Kristen yang terkenal, JS Mill yang mempromosikan Utilitarianisme, Karl Marx yang mengembangkan fondasi untuk Komunisme dan orang Amerika William James. Abad ke 20 menjadi saksi perpecahan antara filsafat analitik dan filsafat kontinental, serta tren filosofis seperti fenomenologi, eksistensialisme, Positivisme Logis, Pragmatisme dan Linguistik.

3.      Pemikiran Filsafat Islam

Filsafat Islam merupakan hasil pemikiran filsuf tentang ketuhanan, kenabian, kemanusiaan, dan alam yang dilandasi ajaran Islam sebagai suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis. Selain itu, filsafat Islam memaparkan pula secara luas tentang ontologi dan menunjukkan pandangannya tentang ruang, waktu, materi, serta kehidupan. Filsafat Islam berupaya memadukan antara wahyu dengan akal, antara akidah dengan hikmah, antara agama dengan filsafat, dan menjelaskan kepada manusia bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal. Dalam perkembangan selanjutnya, cakupan filsafat Islam diperluas ke segala aspek imu-ilmu yang terdapat dalam khasanah pemikiran keislaman, seperti ilmu kalam, ushul fiqih, tasawuf, dan ilmu pikir lainnya yang diciptakan oleh ahli pikir islam. Ibrahim Makdur memberikan batasan bahwa filsafat islam adalah pemikiran yang lahir dalam pemikiran dunia Islam untuk menjawab tantangan zaman, meliputi Allah Swt. dan semesta, wahyu dan akal, agama dan filsafat. Pendapat lainnya mendefiniskan tentang filsafat islam sebagai pembahasan tentang alam dan manusia yang disinari ajaran islam.

Musa Asy’arie (2002:6) menjelaskan, bahwa hakikat filsafat Islam adalah filsafat yang bercorak Islami, yang dalam bahasa Inggris dibahasakan menjadi Islamic Philosophy, bukan the Philosophy of Islam yang berarti berpikir tentang Islam. Dengan demikian, Filsafat Islam adalah berpikir bebas, radikal (radix) yang berada pada taraf makna, yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang dapat memberikan keselamatan dan kedamaian hati. Dengan demikian, Filsafat Islam tidak netral, melainkan memiliki keberpihakan (komitmen) kepada keselamatan dan kedamaian (baca: Islam). Menurut Al-Farabi dalam kitabnya Tahshil as-Sa’adah, filsafat berasal dari Keldania (Babilonia), kemudian pindah ke Mesir, lalu pindah ke Yunani, Suryani dan akhirnya sampai ke Arab. Filsafat pindah ke negeri Arab setelah datangnya Islam. Karena itu filsafat yang pindah ke negeri Arab ini dinamakan filsafat Islam. Walaupun di kalangan para sejarawan banyak yang berbeda pendapat dalam penamaan filsafat yang pindah ke Arab tersebut. Namun kebanyakan di antara mereka menyimpulkan, bahwa filsafat yang pindah tersebut adalah filsafat Islam (Al-Ahwani, 1984:2).

Dalam perspektif Islam, filsafat merupakan upaya untuk menjelaskan cara Allah menyampaikan kebenaran atau yang haq dengan bahasa pemikiran yang rasional. Sebagaimana kata Al-Kindi (801-873M), bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang hakikat hal-ihwal dalam batas-batas kemungkinan manusia. Ibn Sina (980-1037M) juga mengatakan, bahwa filsafat adalah menyempurnakan jiwa manusia melalui konseptualisasi hal ihwal dan penimbangan kebenaran teoretis dan praktis dalam batas-batas kemampuan manusia. Karena dalam ajaran Islam di antara nama-nama Allah juga terdapat kebenaran, maka tidak terelakkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara filsafat dan agama (C.A Qadir, 1989: 8). Pada zaman dulu di kalangan umat Islam, filsafat Islam merupakan kisah perkembangan dan kemajuan ruh. Begitu pula mengenai ilmu pengetahuan Islam, sebab menurut al-Qur’an seluruh fenomena alam ini merupakan petunjuk Allah, sebagaimana diakui oleh Rosental, bahwa tujuan filsafat Islam adalah untuk membuktikan kebenaran wahyu sebagai hukum Allah dan ketidakmampuan akal untuk memahami Allah sepenuhnya, juga untuk menegaskan bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal (C.A. Qadir, 1989: ix). Filsafat Islam jika dibandingkan dengan filsafat umum lainnya, telah mempunyai ciri tersendiri sekalipun objeknya sama. Hal ini karena filsafat Islam itu tunduk dan terikat oleh norma-norma Islam. Filsafat Islam berpedoman pada ajaran Islam. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat Islam adalah merupakan hasil pemikiran manusia secara radikal, sistematis dan universal tentang hakikat Tuhan, alam semesta dan manusia berdasarkan ajaran Islam.

 

KONSEP DASAR FILSAFAT KOMUNIKASI

A.  Pengertian Filsafat

Filsafat adalah suatu pemikiran seseorang yang didasarkan melalui pencarian dan analisis konsep dasar dan menanyakan pertanyaan seperti mengapa ataupun hal lain yang merupakan bentuk refleksi dari realitas. Atau filsafat juga biasa diartikan cinta atas kebijaksanaan. Secara etimologis (ilmu asal usul kata), kata Filsafat berasal dari Yunani Philosophia, Philia = cinta, Sophos = kearifan/kebijaksanaan– wisdom Cinta akan Kearifan– love for wisdom. Kebijaksanaan/kearifan atau wisdom diartikan sebagai ketepatan bertindak. Perenungan yang mendalam mengenai sesuatu yang dinilai/dianggap bermanfaat bagi kehidupan. Cakupan Lebih banyak sebagai cara atau tipe kegiatan mental (observasi, berpikir reflektif, kemudian berspekulasi, berdialog) tentang apa saja. Ahli filsafat disebut sebagai Filsuf – philosopher. Filsuf pertama yang menggunakan kata philosophia adalah Pythagoras (572-497 SM).

1.                   Tujuan berfilsafat

·  Filosof, adalah proses kita memproduksi suatu ide.

·  Ahli filsafat, mengetahui Teori teori, tokoh, dan paradigma filsafat.

·  Filsafat sebagai Metodologi, alat untuk berpikir.

·  Filsafat sebagai produk pemikiran, produk pemikiran/ide dari tokoh tokoh filsafat seperti aristoteles, Plato, descartes, dll.

·  Lahirnya filsafat

Pada dasarnya ketidak puasan manusia terhadap jawaban jawaban mistis (tidak masuk akal) berpindah pada Mitos (legenda) ke logos (rasio/nalar). Pada akhirnya, manusia mulai berpikir dan mencari tau, karena mereka bosan/ jenuh dengan jawaban yang tidak masuk akal. Jadi, Tujuan filsafat adalah mencari jawaban yang rasional.

·  Pintu gerbang filsafat

a.    Rasional, membuka pikiran terbuka dan masuk akal.

b.    Curious, perasaan ingin tahu yang timbul dan dimiliki oleh manusia terhadap suatu hal yang belum ia dapatkan penjelasan atau jawabannya.

c.    Wisdom, tujuan filsafat membangun memanusiakan manusia menjadi bijak.

·  Tugas filsafat

a.    Memperjelas konsep, yaitu konsep adalah jembatan untuk berfikir. Kita berbicara dan berfikir memakai konsep-konsep. Oleh karena itu jika ingin berfilsafat, maka kita mesti latihan membuat konsep-konsep. Memahami konsep itu penting.

b.    Mengkritisi konsep: Kritis adalah meletakkan sesuatu sesuai proporsinya (seimbang). Kritis tidak selalu identik dengan anti atau mencari kesalahan. Karena terkadang ada sesuatu yang baik tapi tidak cocok. Karena setiap realita dan fenomena selalu berubah dan otomatis konsepnya juga berbeda. Begitu juga kita mesti kritis dengan konsep yang dipahami orang lain. Karena bisa jadi apa yang dia pahami tidak sesuai dengan data dan informasi yang valid di realita.

c.    Membuat argumen: Semakin banyak pertanyaan yang kita ajukan terhadap realita, maka semakin banyak konsep yang bisa kita bangun. Menimbang potensi dan kendala dengan itu kita bisa membuat argumen.

    Inilah tiga tugas utama filsafat. Yang pertama (Clarifying consept) sifatnya ke dalam (refleksi). Yang kedua (Criticizing consept) sifatnya keluar (kritis) dan yang ketiga (Constructing consept) ke dalam dan keluar. Jadi jika kita sudah siap untuk mengklarifikasi hidup, dikritisi, kemudian di konstruksi dengan membuat argument, maka kita adalah seorang filsuf. Tiga hal ini disebut sebagai refleksi. Dari refleksi lahirlah aksi. Refleksi yang menjadi aksi disebut sebagai transformasi.

2.      Beberapa Anggapan Tentang Filsafat:

·         Pencarian akan kearifan kehidupan.

·         Usaha untuk memahami jagad raya secara menyeluruh.

·         Usaha untuk menyelami maksud Tuhan dan tempat manusia di dalam maksud itu.

·         Penyelidikan tentang nilai kebenaran, kebajikan, dan keindahan.

·         Usaha untuk mengkodefikasi aturan pada pikiran manusia guna peningkatan.

rasionalitas dan keluasan bagi pemikiran yang jernih.

3.      Cara berpikir filsafat

1.    Radikal, yaitu ingin menggali dan menyelami kenyataan atau ide sampai keakar-akarnya, untuk menemukan dan mengangkat dasar-dasar pemikirannya secara utuh ke permukaan.

2.    Universal, selalu mencari gagasan-gagasan pemikiran yang bersifat universal, yang dapat berlaku di semua tempat.

3.    Konseptual, yaitu berpikir dalam filsafat tidak hanya sekedar berpikir, tapi mempunyai konsep yaitu secara umum.

4.    Koheren, sesuai kaidah logis dan kebenaran yang teruji ketika dia dibawa kemanapun hasilnya akan sama.

5.    Sistematis, wawasan kajian yang penting dipelajari manusia.

6.    Komprehensif, artinya Menyeluruh, tidak ada kebenaran yang tumpang tindih.

7.    Bebas, pemikiran yang subjektif.

8.    Tanggung jawab, yang terpenting semua yang dilakukan dipertanggung jawabkan. Mengedepankan hasil pemikiran pertanggung jawaban dan nurani. Hal hal yang instan tidak beetahan lama.

4.      Tokoh Filsafat

1.   Thales Abad ke 6 SM (Filsuf Pertama) Masih lisan belum tulisan, disampaikan oleh Aristoteles. Thales mencari arkhe (asas atau prinsip) alam semesta tempat hidup manusia. Arkhe alam semesta adalah air. Semua berasal dari air dan kembali ke air. masih sederhana. Pertama kalinya ada pikiran tentang alam semesta menggunakan rasio.

2.   Heraklitos Abad ke 5 SM Julukan si gelap karena sulit untuk mengerti jalan pikirannya Teorinya: segala sesuatu di alam semesta merupakan sintesa dari hal -hal yang berlawanan. Ada siang, ada malam. Di alam semesta tidak ada sesuatu yang tetap dan mantap. Yang tetap hanyalah perubahan.

3.   Parmenides Tahun 515 SM Yang ada itu ada, bukan gerak dan perubahan Yang tidak ada, tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan Realitas merupakan keseluruhan yang bersatu.

B.            Filsafat Ilmu

Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disusun oleh Ismaun (2001):

a.    Menurut Robert Ackerman, filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.

b.    Menurut Lewis White Beck, filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.

c.    Menurut A. Cornelius Benjamin, filsafat ilmu adalah cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.

d.    Menurut Michael V. Berry berpendapat bahwa filsafat ilmu merupakan penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.

Berdasarkan pendapat di atas diperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu.

-          Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? (Landasan ontologis)

-          Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? (Landasan aksiologis).

-          Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? (Landasan aksiologis).

Menurut Jujun S. Suriasumantri “Filsafat Ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakekat ilmu”.

C.     Filsafat Komunikasi

Secara umum ilmu komunikasi adalah proses mempelajari penyampaian pesan secara efektif dari pemberi pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan). Penyampaian pesan ini bisa dilakukan menggunakan berbagai media.

Filsafat sering juga dapat diartikan sebagai ―berpikir reflektif dan kritis (reflective and critical thinking). Filsafat merupakan suatu cara berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu. Filsafat senantiasa mengajukan pertanyaan tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu mempersoalkan hakikat, prinsip, dan asas mengenai seluruh realitas yang ada, bahkan apa saja yang dapat dipertanyakan, termasuk filsafat itu sendiri.

Filsafat komunikasi mencari jawaban mengenai hakekat dari ilmu komunikasi, Mengapa manusia itu menyampaikan isi pernyataan kepada manusia lain.

·         Ontologi:

Apa yang dikaji oleh ilmu komunikasi?

1). Objek apa yang ditelaah oleh ilmu komunikasi?

·         Epistemologi:

Bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan dari Ilmu Komunikasi tersebut?

1). Bagaimana proses yang memungkinkan didapatkannya Ilmu Komunikasi?

·         Aksiologi:

1). Untuk apa Ilmu Komunikasi digunakan?


Jumat, 18 Maret 2022

KONSEP DASAR FILSAFAT KOMUNIKASI


A.  Pengertian Filsafat

Filsafat adalah suatu pemikiran seseorang yang didasarkan melalui pencarian dan analisis konsep dasar dan menanyakan pertanyaan seperti mengapa ataupun hal lain yang merupakan bentuk refleksi dari realitas. Atau filsafat juga biasa diartikan cinta atas kebijaksanaan. Secara etimologis (ilmu asal usul kata), kata Filsafat berasal dari Yunani Philosophia, Philia = cinta, Sophos = kearifan/kebijaksanaan– wisdom Cinta akan Kearifan– love for wisdom. Kebijaksanaan/kearifan atau wisdom diartikan sebagai ketepatan bertindak. Perenungan yang mendalam mengenai sesuatu yang dinilai/dianggap bermanfaat bagi kehidupan. Cakupan Lebih banyak sebagai cara atau tipe kegiatan mental (observasi, berpikir reflektif, kemudian berspekulasi, berdialog) tentang apa saja. Ahli filsafat disebut sebagai Filsuf – philosopher. Filsuf pertama yang menggunakan kata philosophia adalah Pythagoras (572-497 SM).

1.      Tujuan berfilsafat

·       Filosof, adalah proses kita memproduksi suatu ide.

·       Ahli filsafat, mengetahui Teori teori, tokoh, dan paradigma filsafat.

·       Filsafat sebagai Metodologi, alat untuk berpikir.

·       Filsafat sebagai produk pemikiran, produk pemikiran/ide dari tokoh tokoh filsafat seperti aristoteles, Plato, descartes, dll.

·       Lahirnya filsafat

Pada dasarnya ketidak puasan manusia terhadap jawaban jawaban mistis (tidak masuk akal) berpindah pada Mitos (legenda) ke logos (rasio/nalar). Pada akhirnya, manusia mulai berpikir dan mencari tau, karena mereka bosan/ jenuh dengan jawaban yang tidak masuk akal. Jadi, Tujuan filsafat adalah mencari jawaban yang rasional.

·       Pintu gerbang filsafat

a.      Rasional, membuka pikiran terbuka dan masuk akal.

b.      Curious, perasaan ingin tahu yang timbul dan dimiliki oleh manusia terhadap suatu hal yang belum ia dapatkan penjelasan atau jawabannya.

c.      Wisdom, tujuan filsafat membangun memanusiakan manusia menjadi bijak.

·       Tugas filsafat

a.      Memperjelas konsep, yaitu konsep adalah jembatan untuk berfikir. Kita berbicara dan berfikir memakai konsep-konsep. Oleh karena itu jika ingin berfilsafat, maka kita mesti latihan membuat konsep-konsep. Memahami konsep itu penting.

b.      Mengkritisi konsep: Kritis adalah meletakkan sesuatu sesuai proporsinya (seimbang). Kritis tidak selalu identik dengan anti atau mencari kesalahan. Karena terkadang ada sesuatu yang baik tapi tidak cocok. Karena setiap realita dan fenomena selalu berubah dan otomatis konsepnya juga berbeda. Begitu juga kita mesti kritis dengan konsep yang dipahami orang lain. Karena bisa jadi apa yang dia pahami tidak sesuai dengan data dan informasi yang valid di realita.

c.      Membuat argumen: Semakin banyak pertanyaan yang kita ajukan terhadap realita, maka semakin banyak konsep yang bisa kita bangun. Menimbang potensi dan kendala dengan itu kita bisa membuat argumen.

Inilah tiga tugas utama filsafat. Yang pertama (Clarifying consept) sifatnya ke dalam (refleksi). Yang kedua (Criticizing consept) sifatnya keluar (kritis) dan yang ketiga (Constructing consept) ke dalam dan keluar. Jadi jika kita sudah siap untuk mengklarifikasi hidup, dikritisi, kemudian di konstruksi dengan membuat argument, maka kita adalah seorang filsuf. Tiga hal ini disebut sebagai refleksi. Dari refleksi lahirlah aksi. Refleksi yang menjadi aksi disebut sebagai transformasi.

2.      Beberapa anggapan tentang filsafat:

·         Pencarian akan kearifan kehidupan.

·         Usaha untuk memahami jagad raya secara menyeluruh.

·         Usaha untuk menyelami maksud Tuhan dan tempat manusia di dalam maksud itu.

·         Penyelidikan tentang nilai kebenaran, kebajikan, dan keindahan.

·         Usaha untuk mengkodefikasi aturan pada pikiran manusia guna peningkatan.

rasionalitas dan keluasan bagi pemikiran yang jernih.

3.      Cara berpikir filsafat

1.    Radikal, yaitu ingin menggali dan menyelami kenyataan atau ide sampai keakar-akarnya, untuk menemukan dan mengangkat dasar-dasar pemikirannya secara utuh ke permukaan.

2.    Universal, selalu mencari gagasan-gagasan pemikiran yang bersifat universal, yang dapat berlaku di semua tempat.

3.    Konseptual, yaitu berpikir dalam filsafat tidak hanya sekedar berpikir, tapi mempunyai konsep yaitu secara umum.

4.    Koheren, sesuai kaidah logis dan kebenaran yang teruji ketika dia dibawa kemanapun hasilnya akan sama.

5.    Sistematis, wawasan kajian yang penting dipelajari manusia.

6.    Komprehensif, artinya Menyeluruh, tidak ada kebenaran yang tumpang tindih.

7.    Bebas, pemikiran yang subjektif.

8.    Tanggung jawab, yang terpenting semua yang dilakukan dipertanggung jawabkan. Mengedepankan hasil pemikiran pertanggung jawaban dan nurani. Hal hal yang instan tidak beetahan lama.

4.      Tokoh Filsafat

1.    Thales Abad ke 6 SM (Filsuf Pertama) Masih lisan belum tulisan, disampaikan oleh Aristoteles. Thales mencari arkhe (asas atau prinsip) alam semesta tempat hidup manusia. Arkhe alam semesta adalah air. Semua berasal dari air dan kembali ke air. masih sederhana. Pertama kalinya ada pikiran tentang alam semesta menggunakan rasio.

2.    Heraklitos Abad ke 5 SM Julukan si gelap karena sulit untuk mengerti jalan pikirannya Teorinya: segala sesuatu di alam semesta merupakan sintesa dari hal -hal yang berlawanan. Ada siang, ada malam. Di alam semesta tidak ada sesuatu yang tetap dan mantap. Yang tetap hanyalah perubahan.

3.    Parmenides Tahun 515 SM Yang ada itu ada, bukan gerak dan perubahan Yang tidak ada, tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibicarakan Realitas merupakan keseluruhan yang bersatu.

B.                Filsafat Ilmu

Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disusun oleh Ismaun (2001):

a.    Menurut Robert Ackerman, filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.

b.    Menurut Lewis White Beck, filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.

c.    Menurut A. Cornelius Benjamin, filsafat ilmu adalah cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.

d.    Menurut Michael V. Berry berpendapat bahwa filsafat ilmu merupakan penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.

Berdasarkan pendapat di atas diperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu.

-          Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? (Landasan ontologis)

-          Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? (Landasan aksiologis).

-          Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? (Landasan aksiologis).

Menurut Jujun S. Suriasumantri “Filsafat Ilmu merupakan telaah secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakekat ilmu”.

C.     Filsafat Komunikasi

Secara umum ilmu komunikasi adalah proses mempelajari penyampaian pesan secara efektif dari pemberi pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan). Penyampaian pesan ini bisa dilakukan menggunakan berbagai media.

Filsafat sering juga dapat diartikan sebagai ―berpikir reflektif dan kritis (reflective and critical thinking). Filsafat merupakan suatu cara berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu. Filsafat senantiasa mengajukan pertanyaan tentang seluruh kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu mempersoalkan hakikat, prinsip, dan asas mengenai seluruh realitas yang ada, bahkan apa saja yang dapat dipertanyakan, termasuk filsafat itu sendiri.

Filsafat Ilmu komunikasi mencari jawaban mengenai hakekat dari ilmu komunikasi,

mengapa manusia itu menyampaikan isi pernyataan kepada manusia lain.

·         Ontologi:

Apa yang dikaji oleh ilmu komunikasi?

1). Objek apa yang ditelaah oleh ilmu komunikasi?

·         Epistemologi:

Bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan dari Ilmu Komunikasi tersebut?

1). Bagaimana proses yang memungkinkan didapatkannya Ilmu Komunikasi?

·         Aksiologi:

1). Untuk apa Ilmu Komunikasi digunakan?

MODEL MODEL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA MENURUT HAMMER, THOMAS & KILMAN, TING TOOMEY

  Komunikasi Antar Budaya Menurut Hammer Perintis yang penting kepada kompetensi budaya ialah sensitiviti antara Budaya   Menurut Hammer, se...