Senin, 28 Maret 2022

Ontologi Komunikasi


Secara etimologi, “ontologi” berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni ontos dan logos. Ontos berarti “ada” dan logos berarti “ilmu” sehingga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang yang ada. Sedangakan secara terminologi, ontologi adalah ilmu tentang hakekat yang ada sebagai yang ada (being qua being). Dalam konteks keilmuan, yang ada diartikan sebagai apa yang ada dibalik ilmu atau seluk beluk ilmu. Jadi selanjutnya ontologi itu adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ilmu. Ilmu secara etimologi berasal dari kata “ilm” dalam bahasa Arab yang mempunyai arti memahami, mengerti, atau mengetahui. Secara terminologi berarti seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi dari pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal tertentu. Kesimpulannya, ilmu pengetahuan adalah keberadaan suatu fenomena kehidupan/alam yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, dan ontologi menyelidiki apa yang ada dibalik pengetahuan sebelum menuju ke tahap epistemologi lalu menjadi ilmu pengetahuan. Ontologi adalah cabang dari filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas adalah kenyataan, dimana kenyataan tersebut merupakan sesuatu kebenaran. Berkaitan dengan ontologi maka perkara realitas ini memunculkan beberapa pandangan yang berkaitan dengan unsur-unsur yang ada ditinjau dari segi kuantitas (jumlah), kualitas (sifat), dan proses/kejadian/perubahan.

Segi Kuantitas:

a.      Monisme: menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan fundamental. Dapat berupa jiwa, materi, Tuhan atau substansi (watak yang sebenarnya dari sesuatu, isi, pokok, inti). Dipakai dalam filsafat untuk menunjukkan suatu realitas yang dalam dan mengandung sifat-sifat lainnya yang tidak dapat diketahui.

b.  Dualisme: menganggap adanya dua substansi yang masing-masing berdiri sendiri, dari dua macam hakekat sebagai asal sumbernya: hakekat materi dan ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari benda, sama-sama hakikat, kedua macam hakekat tersebut masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi, hubungan keduanya menciptakan kehidupan di alam ini.

c.  Pluralisme: menyatakan bahwa hakikat kenyataan terdiri dari atas unsur-unsur yang tidak terhitung banyaknya, sebanyak jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga yang dinamakan nous. Bahwa nous adalah suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai bergerak dan mengatur.

d.     Nihilisme: berpandangan tentang tiga proporsi realitas: 1. Tidak ada sesuatu pun yang eksis. Realitas itu sebenamya tidak ada, 2. Bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui, ini disebabkan oleh pengindraan itu tidak dapat dipercaya, pengindraan itu sumber ilusi, 3. Sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.

Ontologi adalah cabang filsafat yang bersangkutan dengan sifat keberadaan. Hubungan antara epistemologi dan ontologi adalah, pemahaman terhadap pengetahuan bergantung kepada pemahaman mengenai siapa yang mengetahui pengetahuan.

Dalam ilmu komunikasi, ontologi berfokus kepada sifat interaksi sosial manusia. Terdapat empat isu penting dalam asumsi ini:

Sejauh mana manusia dapat membuat pilihan nyata?

Terdapat debat dalam filsafat mengenai pilihan nyata. Pihak determinists berpendapat bahwa perilaku disebabkan oleh beberapa kondisi yang sudah ada sebelumnya yang menentukan perilaku manusia. Individu bersifat reaktif dan pasif. Di lain pihak, pihak pragmatists menyatakan bahwa seseorang merencanakan perilakunya untuk dapat bertemu dengan tujuan di masa depan. Dari sudut pandang ini, individu dilihat sebagai makhluk aktif dan dapat membuat keputusan yang menentukan kehidupannya sendiri. Juga terdapat posisi tengah, berpendapat bahwa orang membuat pilihan dalam hal tertentu, dan beberapa perilaku sudah ditentukan tetapi ada juga yang merupakan hasil dari keinginan bebas.

Apakah perilaku manusia paling baik dipahami dari segi keadaan atau sifat?

Pandangan segi keadaan melihat bahwa manusia adalah dinamis dan mengalami berbagai bentuk keadaan dalam waktu harian, tahunan, dan selama ia hidup. Pandangan sifat percaya bahwa orang adalah pihak yang dapat diprediksi karena mereka menampilkan karakteristik yang konsisten sepanjang waktu.

Apakah perilaku manusia utamanya individual atau sosial?

Pertanyaan ini berkaitan dengan peran individu atau kelompok sosial untuk memengaruhi perilaku manusia. Peneliti dapat menggunakan unit analisis individu atau kelompok ketika meneliti, namun perspektif yang digunakan tentu berbeda. Peneliti dengan perspektif individualis akan menggunakan unit analisis individu, dan peneliti dengan perspektif kehidupan sosial akan menggunakan unit analisis kelompok. Pertanyaan ini penting bagi peneliti ilmu komunikasi yang berfokus kepada interaksi dalam kehidupan.

Sejauh mana komunikasi adalah hal yang kontekstual?

Fokus dari pertanyaan ini adalah kepada pengaruh perilaku; apakah dari prinsip universal atau tergantung kepada faktor situasional. Terdapat filosofer yang percaya bahwa faktor universal dapat menjelaskan kehidupan dan perilaku manusia, namun terdapat juga filosofer lain yang berpendapat bahwa perilaku manusia adalah kontekstual dan tidak bisa digeneralisasi. Peneliti ilmu komunikasi biasanya mengambil jalan tengah; perilaku dapat dipengaruhi oleh faktor umum sekaligus situasional.

Metafisika dan ontologi sama-sama mengkaji obyek yang ada atau studi tentang keberadaan. Perbedaan diantara keduanya yaitu pada aspek tempat atau letak obyek yang dikaji. Metafisika mencari penjelasan dari obyek yang ada yang tidak tampak oleh indera atau mempelajari realitas yang ada dibalik suatu obyek, misal, jiwa, rohani, Tuhan, dan sebagainya. Ontologi merupakan salah satu cabang dari metafisika yang mempelajari hakekat obyek yang ada sebagai ada atau mempelajari realitas yang konkret, fisikal, ter-indera. Cabang lain dari metafisika salah satunya kosmologi. Richard L. Lanigan menyatakan bahwa metafisika adalah studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realitas. Dalam metafisika, ada beberapa hal yang direfleksikan. Hal-hal itu adalah sifat manusia dan hubungannya dengan alam, sifat dan fakta kehidupan manusia, problema pilihan manusia, dan soal kebebasan pilihan tindakan manusia. Dalam hubungannya dengan teori komunikasi, metafisika berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

·       Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan realitas dalam alam semesta.

·       Sifat dan fakta bagi tujuan, perlaku, penyebab, dan aturan.

·       Problema pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku manusia.

Dalam filsafat komunikasi yang dipelajari tentu berkaitan dengan komunikasi, antara lain, bahasa, umpan balik, dan efek, sesuai dengan sudut pandang ontologi. Ontologi sebagian besar berhubungan dengan alam eksistensi manusia. Isu-isu ontologi dianggap penting karena bagaimana cara seorang penyusun teori mengonsptualisasikan komunikasi bergantung pada bagaimana komunikator dipandang. Studi dalam ontologi tentu didasari oleh kebenaran. Pertanggung jawaban atas kebenaran ini juga berada pada ilmu-ilmu yang lain. Dalam ilmu komunikasi kebenaran ini berada pada ide atau lambang yang merupakan esensi dari penelitian ilmu komunikasi. Walaupun ide atau lambang sifatnya non-materi, namun efek dan pengaruhnya dalam masyarakat juga diteliti. Dapat dikatakan bahwa penelitian ilmu komunikasi berpangkal pada ide atau lambang yang akan membawa persoalannya: pada fungsi dari ide, fungsi diri lambang, dan selanjutnya ilmu komunikasi memperhitungkan efek, pengaruh dan akibat dari lambang, atau ide tersebut dalam masyarakat.

Menurut Ninis Agustini Damayani (2013: 4), ada tiga pemahaman yang tujuannya diharapkan mampu menjelaskan hakekat komunikasi bagi kehidupan manusia:

1.      1. Manusia sebagai pelaku komunikasi Komunikasi antar manusia dengan manusia tidaklah semudah yang dibayangkan, tidak selalu setiap pesan yang disampaikan dapat diterima sesuai dengan keinginan peyampai pesan.

2.      2. Kegunaan komunikasi bagi kehidupan manusia Komunikasi merupakan cara untuk berinteraksi, menjalin hubungan, dan kerja sama, serta cara untuk berbagi dan bertukar ide, gagasan, dan pikiran.

3.          3. Komunikasi untuk aktualisasi diri proses aktualisasi adalah perkembangan atau penemuan jati diri dan mekarnya postensi yang ada atau terpendam, dengan kata lain adalah menjadi manusiawi secara penuh. Namun demikian, tidak setiap orang berbakat, produktif, dan sukses memenuhi kriteria sehat secara psikologis, matang, dan pribadi yang teraktualisasikan.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MODEL MODEL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA MENURUT HAMMER, THOMAS & KILMAN, TING TOOMEY

  Komunikasi Antar Budaya Menurut Hammer Perintis yang penting kepada kompetensi budaya ialah sensitiviti antara Budaya   Menurut Hammer, se...