Satu di antara tiga aspek filsafat dalam membangun kerangka keilmuan suatu disiplin ilmu adalah pembahasan aspek epistemologi dari ilmu tersebut. Pembahasan mengenai epistemologi ilmu adalah pengkajian terhadap terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, teori kebenaran, metode-metode ilmiah dan aliran-aliran teori pengetahuan. Jika dirangkai lebih jauh, epistemologi ilmu sebenarnya muncul dari beberapa pertanyaan yang mendasar tentang pengetahuan. Plato memberikan batasan ke dalam beberapa pertanyaan mendasar yang memiliki keterkaitan langsung dengan pengetahuan, yaitu: apa itu pengetahuan? Di manakah pengetahuan itu diperoleh? Apa ukurannya agar pengetahuan itu dianggap benar-benar sebagai pengetahuan? Apakah inderawi menghasilkan pengetahuan? Dapatkah budi memberi pengetahuan? Apakah hubungan antara pengetahuan dengan keyakinan yang benar? Pertanyaan-pertanyaan ini lebih lanjut dikembangkan oleh para pakar, sehingga epistemologi berfungsi sebagai pembangun kerangka sebuah disiplin ilmu yang pada perkembangan selanjutnya melahirkan dua pokok aliran, yaitu: Pertama, aliran yang mengakui pentingnya peranan akal sebagai sumber ilmu pengetahuan. Aliran ini dikenal dengan aliran rasionalisme, karena cenderung mengabaikan peran empirisme; Kedua, aliran realisme atau emperisme yang lebih menekankan pada peran indera sebagai sumber sekaligus alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Epistemologi diambil dari bahasa Yunani yang
terdiri dari dua kata, yaitu ‘episteme’ yang berarti knowledge atau ilmu
pengetahuan dan ’logos’ atau logy yang berarti theory. Dengan demikian
secara etimologis, epistemologi dapat diartikan dengan theory of knowledge atau
teori ilmu pengetahuan. Epistemologi disebut juga gnosiologi, logika material,
kriteriologi, dan filsafat pengetahuan. Pada prinsipnya epistemologi adalah
bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, teori kebenaran, metode-metode ilmiah dan
aliran-aliran teori pengetahuan. Dengan demikian, epistemologi dimaksudkan
sebagai usaha untuk menafsirkan, di mana mungkin, membuktikan keyakinan kita
bahwa kita mengetahui kenyataan yang lain dari diri sendiri.
Komunikasi berasal
dari bahasa inggris communication. Yaitu suatu proses pertukaran informasi
diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah
laku. Komunikasi juga diartikan sebagai cara untuk mengkomunikasikan ide dengan
pihak lain, baik dengan berbincang-bincang, berpidato, menulis, melakukan
korespondensi (Harjani Hefni, 2015). Secara umum komunikasi dapat disebutkan
sebagai proses pengiriman danpenerimaan pesan atau berita (informasi) antara
dua orang atau lebih dengan cara yangefektif, sehingga pesan dimaksud dapat
dipahami. Dengan mengacu kepada beberapa definisi komunikasi yang dikemukakan
oleh para ahlinya, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
penyampaian informasi, gagasan, pengetahuan kepada pihak lain (Atep Adya
Barata, 2003). Filsafat komunikasi adalah disiplin yang menelaah pemahaman
secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis
“teori” dan “proses” komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya,
sifatnya, tatanannya, tujuannnya, fungsinya,tekniknya, dan metodenya.
Ringkasnya filsafat komunikasi adalah disiplin yang menelaah secara mendalam
teori dan proses komunikasi
Epistemologi Komunikasi
Sebelum
dikemukakan epistemologi komunikasi, terlebih dahulu dikemukakan beberapa
gambaran konsep dasar tentang epistemologi secara umum. Pertama akan
dikemukakan tentang cara-cara memperoleh ilmu pengetahuan. Di kalangan para
pemikir, mulai dari masa Aristoteles hingga Freud atau dari zaman Yunani hingga
zaman modern, telah terjadi perdebatan filosofis yang sengit di sekitar
pengetahuan manusia. Salah satu perdebatan besar itu adalah diskusi yang mempersoalkan
sumber-sumber dan asal-usul pengetahuan dengan meneliti, mempelajari dan
mencoba mengungkapkan prinsip-prinsip primer kekuatan struktur pikiran yang
dianugerahkan kepada manusia. Mereka ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan
seputar: bagaimana pengetahuan itu muncul dalam diri manusia? Bagaimana
kehidupan intelektualnya tercipta, termasuk setiap pemikiran dan konsep-konsep
(notions) yang muncul sejak dini? Dan apakah sumber yang memberikan kepada
manusia arus pemikiran dan pengetahuan ini? Dengan mengkritisi
pendapat-pendapat pemikir yang mendiskusikan tentang sumber-sumber dan
asal-usul pengetahuan manusia itu. Secara sederhana pengetahuan lahir
berdasarkan a priori dan a parteriori. A priori maksudnya pengetahuan yang
terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman inderawi maupun
batin. Sedangkan a parteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya
pengalaman. Adapun alat-alat untuk mengatahui terdiri dari: (1) Pengalaman
indera (sense experinece); (2) Nalar (reason); (3) Otoritas (authority); (4)
Intuisi (intuition); (5) Wahyu (revelation); (6) Keyakinan (faith). Epistemologi
berkaitan dengan pengetahuan dan lebih fundamental lagi berkaitandengan
kritaeria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan. Adalah tempat
apabilaepistemologi dihubungkan dengan metodologi. Tujuannya, menurut Mahmud
(2002:19) untuk mempelajari hal-hal yang bersangkutan paut dengan pengetahuan
tau ilmu, yangdipelajari secara sistematis dan mendalam. Epistemologi
komunikasi dengan sendirinyaadalah cara bagaimana pengetahuan komunikasi
disusun dari bahan yang diperoleh yang dalam prosesnya menggunakan metode
ilmiah (Abdul Pirol, 2018).
Hubungan Epistemologi dengan Komunikasi
Epistemologi
adalah tuntunan-tuntunan (berupa pertanyaan) yang mengantar kita untuk
mendapatkan suatu pengetahuan. Hakikat pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan
dengan pengetahuan mengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory
of Knowledge. Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah mengenai persoalan
apa yang dapat ita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya, “what can we know,
and how do we know it”; (Lacey: 1976). Menurut Lacey, hal-hal yang terkait meliputi
“belief, understanding, reson, judgement, sensation, imagination, supposing, guesting,
learning, and forgetting”. Secara sederhana seebtulnya perdebatan mengenai
epistemology Ilmu Komunikasi sudah sejak kemunculan Komunikasi sebagai ilmu.
Perdebatan apakah Ilmu Komunikasi adalah sebuah ilmu atau bukan sangat erat
kaitannya dengan bagaimana proses penetapan suatu bidang menjadi sebuah ilmu.
Dilihat sejarahnya, maka Ilmu Komunikasi dikatakan sebagai ilmu tidak terlepas
dari ilmu-ilmu social yang terlebih dahulu ada. pengaruh Sosiologi dan
Psikologi sangat berkontribusi atas lahirnya ilmu ini. Bahkan nama-nama seperti
Laswell, Schramm, Hovland, Freud, sangat besar pengaruhnya atas perkembangan
keilmuan Komunikasi. Dan memang, Komunikasi ditelaah lebih jauh menjadi sebuah
ilmu baru pada abad ke-19 di daratan Amerika yang sangat erat kaitannya dengan
aspek aksiologis ilmu ini sendiri. Contoh konkret epistemologis dalam Ilmu
Komunikasi dapat dilihat dari proses perkembangan kajian keilmuan Komunikasi di
Amerika (Lihat History of Communication, Griffin: 2002). Kajian Komunikasi yang
dipelajari untuk kepentingan manusia pada masa peperangan semakin meneguhkan
Komunikasi menjadi sebuah ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar