Minggu, 15 Mei 2022

EPISTEMOLOGI KOMUNIKASI

            Satu di antara tiga aspek filsafat dalam membangun kerangka keilmuan suatu disiplin ilmu adalah pembahasan aspek epistemologi dari ilmu tersebut. Pembahasan mengenai epistemologi ilmu adalah pengkajian terhadap terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, teori kebenaran, metode-metode ilmiah dan aliran-aliran teori pengetahuan. Jika dirangkai lebih jauh, epistemologi ilmu sebenarnya muncul dari beberapa pertanyaan yang mendasar tentang pengetahuan. Plato memberikan batasan ke dalam beberapa pertanyaan mendasar yang memiliki keterkaitan langsung dengan pengetahuan, yaitu: apa itu pengetahuan? Di manakah pengetahuan itu diperoleh? Apa ukurannya agar pengetahuan itu dianggap benar-benar sebagai pengetahuan? Apakah inderawi menghasilkan pengetahuan? Dapatkah budi memberi pengetahuan? Apakah hubungan antara pengetahuan dengan keyakinan yang benar? Pertanyaan-pertanyaan ini lebih lanjut dikembangkan oleh para pakar, sehingga epistemologi berfungsi sebagai pembangun kerangka sebuah disiplin ilmu yang pada perkembangan selanjutnya melahirkan dua pokok aliran, yaitu: Pertama, aliran yang mengakui pentingnya peranan akal sebagai sumber ilmu pengetahuan. Aliran ini dikenal dengan aliran rasionalisme, karena cenderung mengabaikan peran empirisme; Kedua, aliran realisme atau emperisme yang lebih menekankan pada peran indera sebagai sumber sekaligus alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Epistemologi diambil dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu ‘episteme’ yang berarti knowledge atau ilmu pengetahuan dan ’logos’ atau logy yang berarti theory. Dengan demikian secara etimologis, epistemologi dapat diartikan dengan theory of knowledge atau teori ilmu pengetahuan. Epistemologi disebut juga gnosiologi, logika material, kriteriologi, dan filsafat pengetahuan. Pada prinsipnya epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, teori kebenaran, metode-metode ilmiah dan aliran-aliran teori pengetahuan. Dengan demikian, epistemologi dimaksudkan sebagai usaha untuk menafsirkan, di mana mungkin, membuktikan keyakinan kita bahwa kita mengetahui kenyataan yang lain dari diri sendiri.

Komunikasi berasal dari bahasa inggris communication. Yaitu suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku. Komunikasi juga diartikan sebagai cara untuk mengkomunikasikan ide dengan pihak lain, baik dengan berbincang-bincang, berpidato, menulis, melakukan korespondensi (Harjani Hefni, 2015). Secara umum komunikasi dapat disebutkan sebagai proses pengiriman danpenerimaan pesan atau berita (informasi) antara dua orang atau lebih dengan cara yangefektif, sehingga pesan dimaksud dapat dipahami. Dengan mengacu kepada beberapa definisi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahlinya, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, pengetahuan kepada pihak lain (Atep Adya Barata, 2003). Filsafat komunikasi adalah disiplin yang menelaah pemahaman secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis “teori” dan “proses” komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannnya, fungsinya,tekniknya, dan metodenya. Ringkasnya filsafat komunikasi adalah disiplin yang menelaah secara mendalam teori dan proses komunikasi

Epistemologi Komunikasi

Sebelum dikemukakan epistemologi komunikasi, terlebih dahulu dikemukakan beberapa gambaran konsep dasar tentang epistemologi secara umum. Pertama akan dikemukakan tentang cara-cara memperoleh ilmu pengetahuan. Di kalangan para pemikir, mulai dari masa Aristoteles hingga Freud atau dari zaman Yunani hingga zaman modern, telah terjadi perdebatan filosofis yang sengit di sekitar pengetahuan manusia. Salah satu perdebatan besar itu adalah diskusi yang mempersoalkan sumber-sumber dan asal-usul pengetahuan dengan meneliti, mempelajari dan mencoba mengungkapkan prinsip-prinsip primer kekuatan struktur pikiran yang dianugerahkan kepada manusia. Mereka ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar: bagaimana pengetahuan itu muncul dalam diri manusia? Bagaimana kehidupan intelektualnya tercipta, termasuk setiap pemikiran dan konsep-konsep (notions) yang muncul sejak dini? Dan apakah sumber yang memberikan kepada manusia arus pemikiran dan pengetahuan ini? Dengan mengkritisi pendapat-pendapat pemikir yang mendiskusikan tentang sumber-sumber dan asal-usul pengetahuan manusia itu. Secara sederhana pengetahuan lahir berdasarkan a priori dan a parteriori. A priori maksudnya pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman inderawi maupun batin. Sedangkan a parteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman. Adapun alat-alat untuk mengatahui terdiri dari: (1) Pengalaman indera (sense experinece); (2) Nalar (reason); (3) Otoritas (authority); (4) Intuisi (intuition); (5) Wahyu (revelation); (6) Keyakinan (faith). Epistemologi berkaitan dengan pengetahuan dan lebih fundamental lagi berkaitandengan kritaeria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan. Adalah tempat apabilaepistemologi dihubungkan dengan metodologi. Tujuannya, menurut Mahmud (2002:19) untuk mempelajari hal-hal yang bersangkutan paut dengan pengetahuan tau ilmu, yangdipelajari secara sistematis dan mendalam. Epistemologi komunikasi dengan sendirinyaadalah cara bagaimana pengetahuan komunikasi disusun dari bahan yang diperoleh yang dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah (Abdul Pirol, 2018).

Hubungan Epistemologi dengan Komunikasi

Epistemologi adalah tuntunan-tuntunan (berupa pertanyaan) yang mengantar kita untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Hakikat pribadi ilmu (Komunikasi) yaitu berkaitan dengan pengetahuan mengenai pengetahuan ilmu (Komunikasi) sendiri atau Theory of Knowledge. Persoalan utama epsitemologis Ilmu Komunikasi adalah mengenai persoalan apa yang dapat ita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya, “what can we know, and how do we know it”; (Lacey: 1976). Menurut Lacey, hal-hal yang terkait meliputi “belief, understanding, reson, judgement, sensation, imagination, supposing, guesting, learning, and forgetting”. Secara sederhana seebtulnya perdebatan mengenai epistemology Ilmu Komunikasi sudah sejak kemunculan Komunikasi sebagai ilmu. Perdebatan apakah Ilmu Komunikasi adalah sebuah ilmu atau bukan sangat erat kaitannya dengan bagaimana proses penetapan suatu bidang menjadi sebuah ilmu. Dilihat sejarahnya, maka Ilmu Komunikasi dikatakan sebagai ilmu tidak terlepas dari ilmu-ilmu social yang terlebih dahulu ada. pengaruh Sosiologi dan Psikologi sangat berkontribusi atas lahirnya ilmu ini. Bahkan nama-nama seperti Laswell, Schramm, Hovland, Freud, sangat besar pengaruhnya atas perkembangan keilmuan Komunikasi. Dan memang, Komunikasi ditelaah lebih jauh menjadi sebuah ilmu baru pada abad ke-19 di daratan Amerika yang sangat erat kaitannya dengan aspek aksiologis ilmu ini sendiri. Contoh konkret epistemologis dalam Ilmu Komunikasi dapat dilihat dari proses perkembangan kajian keilmuan Komunikasi di Amerika (Lihat History of Communication, Griffin: 2002). Kajian Komunikasi yang dipelajari untuk kepentingan manusia pada masa peperangan semakin meneguhkan Komunikasi menjadi sebuah ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MODEL MODEL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA MENURUT HAMMER, THOMAS & KILMAN, TING TOOMEY

  Komunikasi Antar Budaya Menurut Hammer Perintis yang penting kepada kompetensi budaya ialah sensitiviti antara Budaya   Menurut Hammer, se...