Minggu, 15 Mei 2022

AKSIOLOGI KOMUNIKASI

         Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Dengan demikian maka aksiologi adalah “teori tentang nilai” (Amsal Bakhtiar, 2004: 162). Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh (Jujun S. Suriasumantri, 2000: 105).

Menurut Bramel dalam Amsal Bakhtiar (2004: 163) aksiologi terbagi dalam tiga bagian: Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral yang melahirkan etika; Kedua, -esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan, Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio-politik.

Menurut Amsal Bachtiar (Bahtiar, 2004: 163) sbb Berdasarkan bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata: Axios berarti: nilai Logos berarti : ilmu.

Maka Aksiologi berarti:  “Ilmu tentang nilai ” Mengutip dari Bramei, aksiologi terdiri dari 3 bagian penting :

a) Tindakan moral yang melahirkan etika

b) Ekspresi keindahan yang melahirkan estetika

c) Kehidupan sosial politik yang melahirkan filsafat sosial politik

Encylopedia of philosophy, dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value dan valuation dalam hal ini dianggap sbg nilai dalam memberi nilai.

Richard Lanigan, seperti yang dikutip oleh Efendi mengatakan bahwa aksiologi yang merupakan kategori keempat dalam filsafat merupakan studi etika dan estetika. Hal ini berarti bahwa aksiologi berfokus pada kajian terhadap nilai nilai manusiawi serta bagaimana cara mengekspresikannya

Aspek Aksiologis

A. Positif/Objektif:

• Nilai, etika, dan pilihan moral harus berada di luar penelitian

• Peneliti berperan sebagai disinterested scientist

• Tujuannya untuk eksplanasi, prediksi dan control realitas

B. Subjektif-Konstruktif:

• Nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian takterpisahkan dari suatu

penelitian

• Peneliti sebagai passionate-participant, fasilitator, yang menjembatani keragaman

subjektivitas pelaku sosial

• Tujuannya untuk rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan

pelaku sosial yang diteliti

C. Subjektif-Kritis:

• Nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari penelitian

• Peneliti menempatkan diri sebagai intektual transformasi, advokat daan aktivis

• Tujuannya untuk kritik sosial, transformasi, emansipasi dan social empowerment.

Aksiologi Ilmu Komunikasi

Ilmu komunikasi tidak akan lepas dari proses penyampaian pesan yang melibatkan peran komunkator, media, pesan dan komunikan. Dalam mengemas pikirannya dengan pesan atau lambang maka seorang komunikator terlebih dahulu akan melakukan value judgement (pertimbangan nilai) antara lain: menanyakan kepada dirinya apakah pesan sudah disampaikan sudah benar atau belum, etis atau tidak. Oleh karenanya aksiologi dalam ilmu komunikasi akan tercakup dalam logika, etika, dan estetika.

1) Logika

Logika pada dasarnya merupakan suatu teknik atau metode yang diciptakan untuk meneliti ketepatan dalam penalaran (Soekardjo, 1983). Penalaran akan berkaitan dengan berfikir asas asas, patokan patokan, hukum hukum dalam logika akan membantu manusia dalam menempuh jalan yang paling efisien dan menjaga kemampuan yang salah dalam berfikir. Menurut Ramdall dan Bucher (yang dikutip oleh Mundiri) mengatakan bahwa ada 2 patokan dalam hal benar yaitu:

a. Persesuaian antara pikiran dengan kenyataan

Contoh jika kita tidak setuju akan pendapat lawan bicara kita maka kita tidak boleh mengangguk tanda setuju, bahasa verbal non verbal yang dikomunikasikan oleh kita harus sesuai dan tidak saling bertentangan

b. Tidak ada pertentangan dari awal hingga akhir

Jika anda mengatakan bahwa peserta diperkuliahan sejumlah 30 orang maka itu adalah salah karena kenyataanya pesertanya hanya berjumlah 12 orang.

2) Etika

Etika berkaitan dengan sesuatu yang etis atau tidak etis, pantas atau tidak pantas, maka etika erat kaitannya dengan norma. Etika bersifat relatif atau tidak mutlak, yang berarti bahwa norma suatu etika dengan subjek yang sama tidak berlaku sama jika tempat dan waktunya berbeda.

Contoh pemakaian baju renang dianggap tidak etis jika dikenakan bukan ditempat untuk berenang, seperti mall, panggung kontes kecantikan (sampai saat ini pemakaian swim suit untuk peserta Miss Universe menjadi kontroversi di Indonesia).

Andersen sebagaimana dikutip oleh Effendi mengatakan bahwa etika adalah sebuah situasi yang mempelajari nilai dan landasan bagi penerapnya. Hal ini menyangkut pertanyaan apakah sesuatu hal itu pantas atau tidak pantas. Baik atau buruk (Effendi, 2000: 384). Sebuah etika tidak akan lagi mempersoalkan kondisi manusia tetapi sudah pada bagaimana seharusnya manusia bertindak namun kemudian kita tidak dapat mengatakan bahwa sebuah etika akan menyelesaikan persoalan praktis.

Teori etika akan membantu manusia untuk memutuskan apa yang harus ia lakukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi praktis etika adalah memberikan pertimbangan dalam berperilaku. Etika lebih memandang pertimbangan yang relevan untuk suatu alasan berkaitan dengan tindakan yang akan diambil oleh sesorang, bukan berarti bila seseorang berperilaku tidak pantas itu adalah salah dan berperilaku pantas itu benar, tetapi sejauh mana berperilaku tersebut relevan.

Etika komunikasi menurut Condon (Johanesen , 1996 : 148) :

* Komunikasi antar personal harus jujur dan terus terang dalam keyakinan dan perasaan pribadi yang sama sama dimiliki.

* Kebergantungan akan lebih baik dari pada sebuah individualisme artinya bahwa menjunjung tinggi kerjasama kelompok akan lebih dihargai dari pada bekerja sendiri.

* Informasi harus disampaikan secara tepat waktu dan tepat tema

* Kecurangan yang disengaja adalah tidak etis kita tidak boleh melebihkan kebaikan yang ada pada kita dan menjelekkan lawan bicara kita.

* Petunjuk verbal dan non verbal harus sesuai dengan makna yang disampaikan . Kita dituntut untuk selalu sesuai dalam menggunakan petunjuk verbal dan non verbal.

* Tidak etis dalam menghalangi proses komunikasi artinya ketika kita sedang terlibat dalam proses komunikasi maka kita tidak pantas memotong pembicaraan orang lain

3) Estetika

Estetika berkaitan dengan seni, karena estetika lahir dari penilaian manusia tentang keindahan. Kattsof sebagaimana dikutip oleh Effendi mengatakan bahwa: Estetika menyangkut perasaan dan perasaan ini adalah perasaan indah. Nilai keindahan tidak semata mata pada bentuknya tetapi juga isinya atau makna yang dikandungnya. Daripadanya akan menimbulkan kesenangan (Effendi, 2000: 387). Retorika merupakan sebuah seni. Seni retorika akan berkisar pada masalah gaya, ekspresi wajah, pengucapan, bahasa dan sebagainya Semakin tinggi nilai yang terkandung pada retorika maka akan menjadi semakin menarik dan efektif. Retorika jelas tidak sama dengan berbicara biasa karena sejumlah audiens yang besar dan beragam. Retorika merupakan dasar doktrin dari suatu tujuan yang akan dicapai.

Kesimpulan

Aksiologi komunikasi berbicara tentang sejauh mana partisipan komunikasi menerapkan logika, etika dan estetika dalam proses komunikasinya. Logika akan menuntut partisipan komunikasi dalam berfikir logis dalam penyusunan pesan agar ia tidak tersesat pada kekeliruan berfikir. Etika menuntun perilaku komunikasi agar dipandang pantas dan baik sedangkan estetika menuntut adanya keindahan dalam penyampaian pesan. Jika hal ini berjalan baik maka keefektifan komunikasi dapat tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MODEL MODEL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA MENURUT HAMMER, THOMAS & KILMAN, TING TOOMEY

  Komunikasi Antar Budaya Menurut Hammer Perintis yang penting kepada kompetensi budaya ialah sensitiviti antara Budaya   Menurut Hammer, se...