Berbicara ihwal kelahiran serta
perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tak dapat dipisahkan menggunakan
perkembangan (ilmu) pengetahuan yang keluarnya di masa peradaban kuno (masa
yunani). Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan menjadi
pangkal sejarah filsafat barat, sebab global barat (Erofa Barat) dalam alam
pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada pemberitahuan ihwal
terjadinya alam semesta dan seisinya, tapi pemberitahuan ini sesuai kepercayaan.
Pakar-ahli pikir tidak puas akan pemberitahuan itu lalu mencoba mencari
keterangan melalui budinya.
1. Pemikiran Filsafat Yunani
Orang yunani yang
hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya
harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng.
Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku
hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos (dongeng-dongeng). Setelah abad
ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka
menginginkan adanya pertanyaan tentang isteri alam semesta ini, jawabannya dapat
diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitiologi, artinya
suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal
yang sifatnya mitologi. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan
berfikir, ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi
kekuatan akal pikir secara murni, maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle
yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia. Pelaku filsafat
adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara akal dan hati itulah
pada dasarnya isi sejarah filsafat. Di dalam sejarah filsafat kelihatan akal
pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga pernah kalah, pernah
juga kedua-duanya sama sama-sama menang. Diantara keduanya, dalam sejarah,
telah terjadi pergumulan berebut dominasi dalam mengendalikan kehidupan
manusia. Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal logis yang bertempat di
kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di dalam dada. Akal
itulah yang menghasilkan pengetahuan logis yang disebut filsafat, sedangkan
hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan
mistik, iman termasuk disini. Ciri umum filsafat yunani adalah rasionalisme
yang dimana mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. Mereka menanyakan dan
mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Apakah intisarinya? Mungkin yang
beraneka warna ynag ada dalam alam ini dapat dipulangkan kepada yang satu.
Mereka mencari inti alam, dengan istilah mereka: mereka mencari arche alam
(arche dalam bahasa yunani yang berarti mula, asal).
Terdapat
tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
1.
Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng),
dimana mitos dianggap sebagai awal dari uapaya orang untuk mengetahui atau
mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk
sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional,
seperti syair karya Homerus, Orpheus dan lain-lain.
2.
Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai
pendorong kelahiran filsafat yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan yang
sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang yunani yang didalamnya
mengandung nilai-nilai edukatif.
3.
Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari
Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan
kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya
tidak didasrkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.
Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh
logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir. Periode
yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena
pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah
dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati sekitarnya. Mereka membuat
pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan
akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama
dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala
sesuatu yang serba berubah. Para pemikir
filsafat yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan
Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil. Mereka kagum terhadap alam yang oleh
nuansa dan ritual dan berusaha mencari jawaban tas apa ynag ada di belakang
semua materi itu.
Tokoh-tokoh pada masa Yunani Kuno
antara lain, yaitu:
1)
Thales (625-545 SM)
Nama Thales muncul atas penuturan
sejarawanHerodatus pada abad ke-5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh
orang yang bijaksana (Seven Wise Men of Greece). Aristoteles memberikan gelar
The Father of Filoshopy.juga menjadi penasihat teknis ke-21 kota lonia. Salah
satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM. Thales
berpendapat bahwa dasar pertama atau intisari alam ialah air.
2)
Anaxagoras (±499-20 SM)
Anaximandros adalah orang pertama yang mengarang suatu
traktat dalam
kesusastraan Yunani dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi, sehingga
ia sebagai orang pertama yang membuat peta bumi. Ia berhasil memimpin
sekelompok orang yang membuat kota baru di Apollonia, Yunani. Anaximandros
mengatakan bahwa dasar pertama itu ialah zat yang tak tertentu sifat-sifatnya,
yang dinami to apeiron. Adapun anaximenes (590-528) mengatakan bahwa intisari
alam atau dasarnya pertama adalah udara. Karena udaralah ynag meliputi seluruh alam
serta udara pulalah yang menjadikan dasar hidup bagi manusia yang mat
diperlukan oleh nafasnya.
3)
Pythagoras (± 572-497 SM)
Pemikirannya, substansi dari semua
benda adalah bilangan dan segala gejala alam merupakan pengungkapan inderawi
dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan merupakan intisari dasar
poko dari sifat-sifat benda (Number rules the universe = bilangan memerintah
jagat raya). Pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap
bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri.
4)
Xenophanes (570 -? SM)
Pendapatnya yang termuat dalam
kritik terhadap Homerus dan Herodotus, ia membantah adanya antromorfosisme
Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan digambarkan sebagai (seakan-akan) manusia. Karena
manusia selalu memilki kecendrungan berfikir dan lain-lainnya. Ia juga
membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. Ia juga
menolak anggapan bahwa Tuhan mempunyai jumlah yang banyak dan menekankan atas
ke-Esaan Tuhan. Kritik ini ditujukan kepada anggapan-anggapan lama yang berdasarkan
pada mitologi.
5)
Heraclitos (535 – 475 SM)
Ia mengemukakan bahwa segala
sesuatu (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Sehingga ucapannya yang
terkenal: Panta rhei kai uden menci yang artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan
arus sungai dan tudak satu orangpun yang dapat masuk ke sungai dua kali. Alasannya,
karena air sungai yang pertama telah mengalir, berganti dengan air yan berada di
belakangnya. Demikian juga dengan segala yang ada, tidak ada yang tetap,
semuanya berubah. Akhirnya dikatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah
menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi. Menurut Heraclitos alam
semesta ini sealu dalm keadaan berubah, sesuatu yang dingin berubah menjadi
panas, yang panas berubah menjadi dingin.
2. Pemikiran Filsafat Barat
Filsafat Barat adalah tradisi filosofis dunia Barat dan berasal dari
pemikir Pra-Sokrates yang aktif di Yunani kuno pada abad ke 6 SM. seperti
Thales (sekitar 624-546 SM) dan Pythagoras (sekitar 570-495 SM) yang
mempraktikkan "cinta kebijaksanaan" (philosophia) dan juga disebut
physiologoi (murid physis, atau alam). Socrates adalah seorang filsuf yang sangat
berpengaruh, yang bersikeras bahwa dia tidak memiliki kebijaksanaan tapi
merupakan pengejar kebijaksanaan. Filsafat Barat dapat dibagi menjadi tiga era:
Kuno (Yunani-Romawi), filsafat Abad Pertengahan (Eropa Kristen), dan filsafat
modern. Era kuno didominasi oleh ajaran filsafat Yunani yang muncul dari
beberapa murid Socrates, seperti Plato yang mendirikan Akademi Platonis. Plato
merupakan salah satu pemikir Yunani yang paling berpengaruh dalam keseluruhan
pemikiran Barat. Murid Plato, Aristoteles juga sangat berpengaruh, ia
mendirikan Sekolah Peripatetik. Tradisi lain termasuk Sinisisme, Stoikisme,
Skeptisisme Yunani dan Epikureanisme. Topik-topik penting yang dibahas oleh
orang-orang Yunani termasuk metafisika (dengan teori-teori yang kompeten seperti
atomisme dan monisme), kosmologi, sifat kehidupan yang baik (eudaimonia),
kemungkinan pengetahuan dan sifat akal budi (logo). Dengan bangkitnya kerajaan
Romawi, filsafat Yunani juga semakin banyak dibahas dalam bahasa Latin oleh
para filsuf Roma seperti Cicero dan Seneca.
Filsafat Abad Pertengahan (abad ke 5 - 16) adalah periode setelah
jatuhnya kekaisaran Romawi barat dan didominasi oleh bangkitnya kekristenan dan
karenanya mencerminkan keprihatinan teologis Yudeo-Christian dan juga
mempertahankan kontinuitas dengan pemikiran Yunani-Romawi. Masalah seperti
keberadaan dan sifat Tuhan, sifat iman dan akal, metafisika, masalah kejahatan
dibahas dalam periode ini. Beberapa pemikir utama Abad Pertengahan mencakup St.
Agustinus, Thomas Aquinas, Boethius, Anselm dan Roger Bacon. Filsafat bagi para
pemikir ini dipandang sebagai penyokong untuk Teologi (ancilla theologiae) dan
karena itu mereka berusaha menyelaraskan filsafat mereka dengan interpretasi
mereka terhadap kitab suci. Periode ini mencetuskan perkembangan Skolastikisme,
sebuah metode kritikal teks yang dikembangkan di universitas abad pertengahan
berdasarkan pembacaan dan perdebatan yang dekat pada teks-teks kunci. Periode
Renaisans (1355-1650) lebih melihat peningkatan fokus pada pemikiran klasik Yunani-Romawi
dan pengaruh humanisme yang kuat. Filsafat modern awal di dunia Barat dimulai
dengan pemikir seperti Thomas Hobbes dan René Descartes (1596-1650).[33]
Setelah perkembangan ilmu alam, filsafat modern lebih terfokus mengembangkan
landasan pengetahuan sekuler dan rasional, beralih dari struktur otoritas
tradisional seperti agama, pemikiran skolastik dan Gereja. Filsuf modern utama
meliputi Spinoza, Leibniz, Locke, Berkeley, Hume, dan Kant. [34][35][36]
Filsafat abad ke-19 dipengaruhi oleh gerakan yang lebih luas yang disebut the
Enlightenment, dan termasuk tokoh-tokoh seperti Hegel tokoh kunci dalam
idealisme Jerman, Kierkegaard yang mengembangkan fondasi untuk
eksistensialisme, Nietzsche seorang anti-Kristen yang terkenal, JS Mill yang
mempromosikan Utilitarianisme, Karl Marx yang mengembangkan fondasi untuk
Komunisme dan orang Amerika William James. Abad ke 20 menjadi saksi perpecahan
antara filsafat analitik dan filsafat kontinental, serta tren filosofis seperti
fenomenologi, eksistensialisme, Positivisme Logis, Pragmatisme dan Linguistik.
3. Pemikiran Filsafat Islam
Filsafat
Islam merupakan hasil pemikiran filsuf tentang ketuhanan, kenabian,
kemanusiaan, dan alam yang dilandasi ajaran Islam sebagai suatu aturan
pemikiran yang logis dan sistematis. Selain itu, filsafat Islam memaparkan pula
secara luas tentang ontologi dan menunjukkan pandangannya tentang ruang, waktu,
materi, serta kehidupan. Filsafat Islam berupaya memadukan antara wahyu dengan
akal, antara akidah dengan hikmah, antara agama dengan filsafat, dan menjelaskan
kepada manusia bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal. Dalam perkembangan
selanjutnya, cakupan filsafat Islam diperluas ke segala aspek imu-ilmu yang
terdapat dalam khasanah pemikiran keislaman, seperti ilmu kalam, ushul fiqih,
tasawuf, dan ilmu pikir lainnya yang diciptakan oleh ahli pikir islam. Ibrahim Makdur
memberikan batasan bahwa filsafat islam adalah pemikiran yang lahir dalam pemikiran
dunia Islam untuk menjawab tantangan zaman, meliputi Allah Swt. dan semesta,
wahyu dan akal, agama dan filsafat. Pendapat lainnya mendefiniskan tentang
filsafat islam sebagai pembahasan tentang alam dan manusia yang disinari ajaran
islam.
Musa
Asy’arie (2002:6) menjelaskan, bahwa hakikat filsafat Islam adalah filsafat
yang bercorak Islami, yang dalam bahasa Inggris dibahasakan menjadi Islamic Philosophy,
bukan the Philosophy of Islam yang berarti berpikir tentang Islam. Dengan
demikian, Filsafat Islam adalah berpikir bebas, radikal (radix) yang berada
pada taraf makna, yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang dapat
memberikan keselamatan dan kedamaian hati. Dengan demikian, Filsafat Islam
tidak netral, melainkan memiliki keberpihakan (komitmen) kepada keselamatan dan
kedamaian (baca: Islam). Menurut Al-Farabi dalam kitabnya Tahshil as-Sa’adah, filsafat
berasal dari Keldania (Babilonia), kemudian pindah ke Mesir, lalu pindah ke
Yunani, Suryani dan akhirnya sampai ke Arab. Filsafat pindah ke negeri Arab
setelah datangnya Islam. Karena itu filsafat yang pindah ke negeri Arab ini
dinamakan filsafat Islam. Walaupun di kalangan para sejarawan banyak yang
berbeda pendapat dalam penamaan filsafat yang pindah ke Arab tersebut. Namun
kebanyakan di antara mereka menyimpulkan, bahwa filsafat yang pindah tersebut
adalah filsafat Islam (Al-Ahwani, 1984:2).
Dalam perspektif Islam, filsafat merupakan upaya untuk menjelaskan cara Allah menyampaikan kebenaran atau yang haq dengan bahasa pemikiran yang rasional. Sebagaimana kata Al-Kindi (801-873M), bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang hakikat hal-ihwal dalam batas-batas kemungkinan manusia. Ibn Sina (980-1037M) juga mengatakan, bahwa filsafat adalah menyempurnakan jiwa manusia melalui konseptualisasi hal ihwal dan penimbangan kebenaran teoretis dan praktis dalam batas-batas kemampuan manusia. Karena dalam ajaran Islam di antara nama-nama Allah juga terdapat kebenaran, maka tidak terelakkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara filsafat dan agama (C.A Qadir, 1989: 8). Pada zaman dulu di kalangan umat Islam, filsafat Islam merupakan kisah perkembangan dan kemajuan ruh. Begitu pula mengenai ilmu pengetahuan Islam, sebab menurut al-Qur’an seluruh fenomena alam ini merupakan petunjuk Allah, sebagaimana diakui oleh Rosental, bahwa tujuan filsafat Islam adalah untuk membuktikan kebenaran wahyu sebagai hukum Allah dan ketidakmampuan akal untuk memahami Allah sepenuhnya, juga untuk menegaskan bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal (C.A. Qadir, 1989: ix). Filsafat Islam jika dibandingkan dengan filsafat umum lainnya, telah mempunyai ciri tersendiri sekalipun objeknya sama. Hal ini karena filsafat Islam itu tunduk dan terikat oleh norma-norma Islam. Filsafat Islam berpedoman pada ajaran Islam. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat Islam adalah merupakan hasil pemikiran manusia secara radikal, sistematis dan universal tentang hakikat Tuhan, alam semesta dan manusia berdasarkan ajaran Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar