A. Definisi
Kritisisme
Asal mula munculnya aliran kritisisme
berawal dari pendirian rasionalisme dan empirisme yang bertolak
belakang. Rasionalisme berpendirian bahwa rasio merupakan sumber
pengenalan atau pengetahuan, sedangkan empirisme berpendirian sebaliknya
bahwa pengalaman menjadi sumber tersebut. Immanuel Kant (1724-1804) berusaha
mengadakan penyelesaian atas pertikaian itu dengan filsafatnya yang dinamakan kritisisme
(aliran yang kritis).
Kritisisme menurut bahasa berasal dari dua kata, yaitu kritis
berarti beralasan dan
reflektif. Sedangkan isme adalah
suatu aliran pemikiran. Sedangkan menurut istilah Kritisisme adalah aliran
pemikiran yang beralasan dan reflektif
berdasarkan batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan.
B. Tokoh
Kritisisme
Tokoh
kritisisme adalah Emmanuel Kant (1724-1804 M), ia lahir di Konisbergen, Prusia
Timur, Jerman. Sejak kecil ia tidak meninggalkan desanya, kecuali hanya selama
beberapa waktu singkat untuk mengajar di desa tetangganya. Pikiran-pikiran dan
tulisan-tulisannya yang sangat manusia. penting dan membawa revolusi yang jauh jangkauannya dalam filsafat
modern. Dalam dunia filsafat,
karya immanuel kant banyak sekali antara lain adalah kritik der reinen vernunft reason atau critique of pure reason (kritik atas rasio praktis), kritik der
practischen vernunft atau critique of practical reason (kritik atas
rasio praktis), dan kritik der urteilskarft atau critique of
judgment (kritik atas daya pertimbangan) .
C. Pemikiran
Kritisisme
Kant
memandang rasionalisme dan empirisme senantiasa berat sebelah dalam menilai
akal dan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengenalan
manusia merupakan sintesis antara unsur-unsur apriori dan unsur-unsur
aposteriori.
Kebenaran
merupakan sensasi-sensasi yang masuk melalui alat indra kemudian masuk ke dalam
otak, lalu objek itu diperhatikan, kemudian disadari. Sensasi-sensasi itu masuk
ke otak melalui saluran-saluran tertentu, yaitu hukum-hukum. Karena hukum-hukum
itulah, tidak semua stimulus yang menerpa alat indra dapat masuk ke otak.
Penangkapan itu telah diatur oleh persepsi sesuai dengan tujuan. Tujuan inilah
hukum-hukum itu. Kebenaran apriori
diperoleh melalui struktur jiwa yang kemudian masuk dalam idea. Oleh karena
itu, pengenalan berpusat pada subjek, bukan pada objek. Gagasan utama
kritisisme adalah tentang teori pengetahuan, etika, dan estetika. Gagasan ini
muncul karena adanya pertanyaan-pertanyaan mendasar, seperti: 1)
apa yang dapat saya ketahui? 2) apa yang harus saya lakukan? 3) apa yang
boleh saya harapkan?.
D. Karakteristik
Kritisisme
Karakteristik
kritisisme dapat disimpulkan dalam tiga hal:
1.
Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat
pada subjek dan bukan pada objek;
2.
Penegasan tentang keterbatasan
kemampuan rasio manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat sesuatu; rasio
hanya mampu menjangkau gejalanya;
3.
Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas
sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan unsur apriori yang
berasal dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur
aposteriori yang berasal dari pengalaman yang berupa materi.
E. Kritik-Kritik Kritisisme
a.
Kritik atas Rasio Murni
Menurut kant, baik
rasionalisme maupun empirisme, kedua-duanya berat sebelah. Ia berusaha
menjelaskan bahwa pengenalan manusia merupakan paduan antara sintesis dari
unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur aposteriori.
Kant sangat mengagumi
empirisme hume yang bersifat radikal dan konsekuen, tetapi ia tidak dapat
menyetujui skeptisisme yang dianut hume dengan kesimpulannya bahwa dalam ilmu
pengetahuan, kita tidak dapat mencapai kepastian.
Menurut kant ada tiga tahap pengenalan, yaitu:
a)
Pada taraf indra
Menurut kant, unsur
apriori itu sudah terdapat pada taraf indra. Dalam pengetahuan indrawi ada dua
bentuk apriori, yaitu ruang dan waktu, dan keduanya berakar dalam struktur
subjek sendiri. Terkadang ada realita yang terlepas dari subjek, yang hanya
bisa dikenal dengan gejala-gejalanya saja.
b)
Pada taraf akal budi
Pengenalan akal budi juga
merupakan antara bentuk dengan materi. Materi adalah data-data indrawi dan
bentuk adalah apriori, yang terdapat pada akal budi. Bentuk apriori ini
dinamakan kant dengan istilah “kategori”.
c)
Pada taraf rasio
Rasio membentuk
argumentasi dengan dipimpin oleh tiga ide, yaitu: jiwa, dunia, dan allah. Ide
menurut kant adalah cita-cita yang menjamin kesatuan terakhir dalam bidang
gejala psikis (jiwa), kejadian jasmani (dunia), dan segala-galanya yang ada
(allah). Ketigsa ide ini mengatur agumentasi dalam pengalaman.
b.
Kritik atas Rasio Praktis
Rasio praktis adalah rasio yang mengatakan apa yang harus
kita lakukan; atau dengan kata lain, rasio yang memberikan perintah kepada
kehendak kita. Kant memperlihatkan bahwa rasio praktis memberikan perintah yang
mutlak (imperatif kategori). Terdapat tiga postulat dari rasio praktis, yaitu:
kebebasan kehendak, inmoralitas jiwa, dan adanya allah.
Yang tidak dapat ditemui atas dasar rasio teoretis harus
diandaikan atas dasar rasio praktis. Akan tetapi tentang ketiga postulat
tersebut, kita semua tidak mempunyai pengetahuan teoritas. Menerima ketiga
postulat dinamakan oleh kant sebagai kepercayaan.
c.
Kritik atas Daya Pertimbangan
Sebagai konsekuensi dari “kritik atas rasio umum” dan
“kritik atas rasio praktis” ialah munculnya dua lapangan tersendiri, yaitu
lapangan keperluan mutlak di bidang alam dan lapangan kebebasan di bidang
tingkah laku manusia. Maksudnya kritik ini adalah mengerti kedua persesuaian
kedua lapangan ini dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan).
Finalitas bisa bersifat subjektif dan objektif. Finalitas yang bersifat subjektif yaitu
manusia mengarahkan objek pada diri manusia sendiri. Sedangkan finalitas yang
bersifat objektif yaitu keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam.
Kritisisme kant
sebenarnya telah memadukan dua pendekatan dalam pencarian keberadaan
sesuatu yang juga tentang kebenaran substansial dari sesuatu itu. Rasio tidak
mutlak dapat menemukan kebenaran, karena rasio tidak membuktikan, demikian pula
pengalaman, tidak dapat dijadikan melulu tolok ukur, karena tidak semua
pengalaman benar-benar nyata dan rasional.
KESIMPULAN
Kritisisme muncul berawal dari pendirian
rasionalisme dengan empirirsme yang saling bertolak belakang. Kritisisme adalah
aliran pemikiran yang
beralasan dan reflektif berdasarkan
batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.
Tokoh kritisime adalah Emmanuel Kant (1724-1804 M). Pemikiran kant
mempertegas bahwa rasio tidak mutlak dalam menemukan kebenaran, begitu pula pengalaman.
Suatu kebenaran didapatkan oleh manusia dari sintesis antara unsur-unsur apriori dan unsur-unsur aposteriori.
Karakteristik kritisisme
ada tiga yaitu: 1) Menganggap bahwa
objek pengenalan itu berpusat pada subjek; 2)
Kemampuan rasio manusia terbatas hanya mampu menjangkau gejalanya dalam
mengetahui realitas; 3) Rasio
Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan
antara peranan unsur apriori (ruang dan waktu) dan aposteriori (materi). Kritik-kritik
kritisisme yaitu kritik atas rasio murni, kritik atas rasio praktis, dan kritik
atas daya pertimbangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar