Jumat, 07 Oktober 2022

Model Komunikasi Antarbudaya Menurut Knapp & Neuliep

 A. Model Knapp

Model 'staircase' ini digagas oleh Mark Knapp (Floyd, 2016). Prinsip prinsip model ini bersumber dari Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory, SPT) yang digagas psikolog Irwin Altman dan Dalmas Taylor pada tahun 1973. Tujuan teori SPT adalah untuk memahami pengembangan hubungan antarpersonal. Menurut Altman dan Taylor, interaksi antarpersonal telah melibatkan berbagai tingkat keakraban sosial dalam pertukaran sosial dengan tingkat penetrasi sosial yang semakin tinggi. Teori penetrasi sosial dikenal sebagai teori objektif yang bertentangan dengan teori interpretatif. Berarti teori ini didasarkan pada data yang diambil dari eksperimen dan bukan dari kesimpulan berdasarkan pengalaman spesifik individu (Altman, Vinsel, dan Brown, 1981).

Mark Knapp kemudian mengembangkan teori SPT. Dia mengatakan bahwa ketika hubungan antarpersonal-antarbudaya semakin berkembang, komunikasi antarpersonal bergerak dari tingkat yang relatif dangkal, kurang, atau tidak akrab ke tingkat yang lebih dalam, lebih akrab (Thibaut dan Kelley, 1952). Menurut Knapp, pengembangan hubungan antarpersonal itu terdiri dari "proses sepuluh langkah", yang dipecah menjadi dua fase berbeda, namun saling terkait. Dua fase itu adalah 'coming together' dan 'coming apart' (Vaneglisti dan Knapp, 2004).

1.       Coming Together

a.       Initiating, tahap pertama, ketika Anda baru pertama kali bertemu melihat orang lain, apa yang Anda lihat dalam pertemuan awal itu merupakan informasi visual semata-mata.

b.       Experimenting, Anda mulai menggali informasi awal misalnya informasi tentang demografi (umur, nama, jabatan) orang lain biasanya Anda mulai dengan percakapan kecil atau basa-basi.

c.       Intensifying, Anda semakin intensif dalam percakapan sehingga orang lain mulai mengungkapkan informasi yang mungkin menjad rahasia dia, tujuan, atau cita-cita serta keinginannya. Apakah And mulai membuat komitmen? "Saya pikir kamu cocok sama saya.”

d.       Integrating, yaitu tahap di mana Anda mulai mengintegrasikan kepribadian orang lain menjadi satu dengan Anda. Anda berdua mulai membangun identitas bersama-yang diperkuat melalui aktivitas bersama-misalnya melakukan pertukaran cendera mata dan lain-lain.

e.       Bonding, merupakan tahap akhir di mana Anda dan orang lain "mengumumkan kepada pihak lain tentang hubungan tersebut.

2.       Coming Apart

Ketika Anda dan dia sudah bersama-sama, mulai terjadi hal-hal berikut:

a.       Differentiating. Anda mulai melihat beberapa perbedaan, misalnya perbedaan keyakinan, sikap, dan nilai-nilai. Itulah yang mendominasi pikiran Anda.

b.       Circumscribing. Anda mulai membatasi kualitas dan kuantitas informasi yang dipertukarkan. Di sini mulai tampak masing-masing pihak mengabaikan masalah atau menghabiskan lebih sedikit waktu untuk percakapan.

c.       Stagnating. Pada tahapan ini komunikasi Anda berdua mulai terasa macet; mungkin sekali masing-masing pihak mulai merasa terjebak dalam interaksi yang baru saja terbentuk.

d.       Avoiding. Masing-masing pihak mulai menghindari satu sama lain. biasanya dimulai dari menjauhkan diri secara fisik, menghindari telepon, dan lain-lain.

e.       Terminating. Ini adalah tahapan di mana Anda mulai mengakhiri hubungan dengan dia, Anda mulai membahas bagaimana pengalaman masa lalu, sekarang, dan bagaimana masa depan hubungan tersebut.

 

Model Knapp ini tidak terlalu rumit. Pelbagai riset menunjukkan bahwa pada umumnya setiap orang dapat melaporkan berbagai pemikiran, perasaan, dan perilaku pada setiap tahapan. Model hubungan "sepuluh tahap" dari Knapp (1978) telah banyak dikutip dan didukung oleh para ahli, meskipun harus diakui bahwa landasan empiris yang wold untuk model ini masih kurang. Pelbagai studi telah memberikan informasi awal yang kita perlukan untuk selalu mengidentifikasi, secara empiris, tahapan coming together dan coming apart.

B. Model Neuliep

1.       Model Kontekstual untuk Memahami Komunikasi Antarbudaya

Model ini didasarkan pada kenyataan bahwa ketika orang-orang dan budaya yang berbeda/culture bertemu dan bertukar pesan verbal dan/atau nonverbal, maka mereka melakukannya dalam berbagal konteks. Misalnya konteks budaya, mikrokultural, lingkungan, sosial relasional, dan persepsi. Seperti pada perkembangan awal komunikasi antarbudaya, komunikasi antarbudaya merupakan bagian dari rutinitas sehari-hari. Komunikasi memengaruhi keberhasilan setiap orang dalam pertumbuhan komunikasi pribadi maupun bisnis. Akibat berkembangnya teknologi komunikasi dan transportasi, perubahan demografis yang drastis dalam wilayah tertentu, globalisasi ekonomi, dan kebutuhan pribadi dan politik lainnya telah memicu berkembangnya interaksi antara orang-orang dari berbagai daerah di seluruh dunia Dampaknya adalah studi komunikasi antarbudaya dari berbagai perspektif semakin berkembang luas.

2.       Pendekatan Fungsional, Interpretif, dan Kritis Kontekstual

Meskipun ada perbedaan filosofis dan metodologis, tiga perspektif ini, fungsional, interpretif, dan kritis mendominasi pendekatan konteks komunikasi antarbudaya. Oleh karena itu, model ini sering disebut model (pendekatan) fungsional, interpretatif, dan kritis. Para peneliti dari perspektif fungsional menggunakan teori dan konstruksi komunikasi antarpersonal untuk menguji komunikasi dalam konteks antarbudaya. Pendekatan interpretatif yang didirikan oleh para ahli etnografi komunikasi dan sosiolinguistik menganalisis tindakan dan percakapan dalam konteks situasional yang mencerminkan norma norma budaya. Sementara itu, pendekatan kritis bersifat meta-teoretis yang fokus pada konteks makro, seperti sosial dan politik, yang memengaruhi komunikasi.

3.       Model yang Berkaitan dengan Konteks

Model Neuliep juga menyajikan serangkaian konteks yang saling tergantung, yang secara grafis diwakili oleh serangkaian lingkaran konsentris. Neuliep memulai presentasi modelnya dalam bentuk lingkaran di mana paling luar ada konteks budaya yang bergerak ke dalam, menuju konteks komunikasi yang lebih spesifik, mikro kultural, lingkungan, dan terakhir menampilkan dua konteks persepsi. Tentu saja model ini merujuk pada karakter individu komunikator dari budaya yang berbeda. Area bersama antara keduanya, dalam model ini mewakili konteks sosial relasional, hubungan antara komunikator. Model ini berpendapat bahwa komunikasi antarbudaya didefinisikan oleh saling ketergantungan dari berbagai konteks ini.

4.       Definisi Konteks, Budaya, dan Komunikasi

Neuliep dalam pelbagai tulisannya mengajukan model ini berdasarkan konteks yang mengacu pada pengaturan, situasi, keadaan, latar belakang, dan kerangka kerja keseluruhan di mana komunikasi terjadi. Neuliep sendiri tidak mengajukan argumen atau kriteria yang jelas untuk mengklasifikasikan konteks sehingga terkadang membingungkan kita untuk membedakan konteks, seperti persepsi budaya karena fakta tampaknya tumpang-tindih. Teks Neuliep mengontekstualisasikan dirinya dalam budaya AS dan contoh-contoh yang diberikan juga sama.

5.       Konteks Mikrokultural vs Budaya Nasional

Setiap bab dari buku Neuliep berfokus pada satu konteks dan kombinasi faktor. Dialog-dialog naturalistik dan lintas budaya yang dia tulis menunjukkan bagaimana konsep-konsep teoretis kunci memanifestasikan dirinya dalam interaksi manusia. Selain itu, instrumen penilaian diri yang valid dan dapat diandalkan dipakai untuk mengukur konsep pemahaman komunikasi antarbudaya, misalnya etnosentrisme, individualisme, dan kolektivisme. Instrumen ini membantu kita mengenal diri kita sendiri, menilai kinerja dan pengembangan keterampilan kita, ketika kita mempelajari konsep konsep penting dari komunikasi antarbudaya.

6.       Konteks Lingkungan, Perseptual, dan Sosio-Relasional

Konteks lingkungan, yang mewakili hubungan kompleks antara manusia dengan lingkungan mereka dan variasi dalam lintas budaya. Neuliep berasumsi bahwa pendekatan pemrosesan informasi untuk menggambarkan proses komunikasi manusia dan sifat komunikator, bagi semua manusia yang dalam proses ini, adalah mengambil, menyimpan, dan mengingat informasi menempuh cara yang hampir sama. Sementara itu, soal konteks sosio-relasional, menurut Neuliep, komunikasi antarbudaya adalah fenomena kelompok yang diungkapkan oleh individu; komunikator antarbudaya memandang satu sama lain bukan sebagai individu yang unik, tetapi sebagai anggota dari budaya yang berbeda. Akhirnya, dalam bab keenam, Neuliep fokus pada konsep dasar, yaitu bahasa, hubungan antarbudaya, konflik, dan masalah antarbudaya lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MODEL MODEL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA MENURUT HAMMER, THOMAS & KILMAN, TING TOOMEY

  Komunikasi Antar Budaya Menurut Hammer Perintis yang penting kepada kompetensi budaya ialah sensitiviti antara Budaya   Menurut Hammer, se...